*

*

Ads

Kamis, 05 Juli 2018

Ang Hong Cu Jilid 032

"Ha-ha-ha, dan mereka itu dihajar habis-habisan, bahkan ada yang mampus! Mereka tidak tahu siapa kami!" kata orang kedua.

Hay Hay ikut tertawa.
"Sungguh tidak tahu diri! Merampok sebuah po-koan? Itu namanya tidak mengenal kawan sendiri. Nah, aku tidak setolol itu, kawan. Aku datang untuk mengadu untung!" Dia menuding ke arah meja dadu yang penuh orang.

"Nanti dulu sobat, kalau engkau hendak berjudi, engkau harus mempunyai modal. Nah, perlihatkan dulu modalmu. Maklumlah, engkau orang baru dan kami harus berhati-hati!"

Hay Hay tersenyum. Memang ada dia membawa uang, akan tetapi tidak cukup banyak. Dia bukanlah seorang kaya yang banyak uang. Dia mengeluarkan beberapa uang logam tembaga yang tidak berapa banyak, hanya segenggam dan harganya tentu saja tidak seberapa, akan tetapi pandang matanya mencorong ketika memandang kepada dua orang itu dan dia berkata sambil tertawa.

"Lihat, cukupkah modalku ini?"

Dua orang itu melihat Hay Hay membuka tangannya dan…… mereka terbelalak melihat segenggam uang emas berkilauan di atas tangan pemuda itu. Segera sikap mereka berubah dan mereka berdua membungkuk-bungkuk.

"Nah, lebih dari cukup, kongcu. Silakan……, silakan……!" kata mereka sambil mengundurkan diri dan menyimpan caping Hay Hay di tempat yang sudah disediakan untuk orang menaruh segala barang bawaan yang tidak diperlukan disitu seperti topi, payung, jubah dan lain-lain.

Dengan langkah seenaknya Hay Hay lalu menuju ke meja dadu. Dia melihat betapa tempat judi itu dilayani oleh banyak wanita muda cantik yang bersikap genit. Akan tetapi, yang menjadi Bandar tentu pria yang kelihatannya lihai sekali dalam mempermainkan dadu. Dia mendesak diantara banyak orang dan dapat melihat apa yang terjadi di atas meja judi putar dadu itu.

Semua orang sudah memasang taruhan mereka diatas meja, dimana terdapat gambar dan nomor-nomor yang dipasangi orang. Nomor dua sampai dengan dua belas yang bergambar di atas meja. Adapun dadu yang diputar ada dua buah, masing-masing dadu mempunyai enam permukaan yang digambar totol-totol merah, dari satu sampai dengan enam. Tidak ada yang memasang taruhan pada nomor-nomor dua, tiga dan dua belas.

Biarpun dia bukan seorang penjudi, namun Hay Hay yang cerdik segera memperhitungkan rnengapa tidak ada orang memasangkan taruhannya pada tiga nomor itu. Tentu saja, karena kemungkinan keluar tiga nomor itu hanya masing-masing satu kali saja. Untuk nomor dua hanya kalau keluar satu tambah satu, nomor tiga kalau keluar satu tambah dua, dan nomor dua belas kalau keluar enam dan enam. Demikian pula nomor sebelas tidak ada yang memasang, karena nomor sebelas hanya keluar satu kemungkinan, yaitu enam dan lima.

Akan tetapi nomor-nomor lain, dari empat sampai sepuluh, mempunyai dua kemungkinan keluar. Maka, mereka itu semua hanya memasangkan uang mereka pada nomor empat sampai dengan sepuluh. Dan yang menang mendapatkan tiga kali lipat dari uang taruhannya!

Kelihatannya saja menguntungkan sekali, akan tetapi Hay Hay dapat memperhitungkan bahwa kemungkinan menang bagi para penjudi itu sedikit sekali, dan kernungkinan menang itu sudah diborong oleh bandarnya! Bayangkan saja! Kemungkinan keluar dari dua buah dadu itu sebanyak delapan belas nomor sehingga kesempatan menang dari setiap pemasang adalah dua lawan delapan belas, atau satu lawan sembilan. Dan imbalannya kalau menang hanya satu mendapat tiga!

Setelah semua orang meletakkan taruhannya, bandar, seorang laki-laki pendek gendut yang selalu menyeringai, memutar dadu-dadu itu, dua buah banyaknya, kedalam mangkok, kemudian dengan cekatan sekali dia menelungkupkan mangkok itu di atas meja, dengan dua buah dadunya di bawah mangkok.

"Hayo tambah lagi taruhan, masih ada kesempatan!" tantang bandar itu, dan empat orang pembantu wanita yang cantik-cantik, dengan gaya masing-masing, membujuk penjudi yang banyak uang untuk menambah taruhan mereka.

Memang taruhan menjadi semakin ramai kalau mangkok itu sudah ditelungkupkan, tinggal dibuka saja. Meja itu penuh dengan uang taruhan yang ditumpuk-tumpuk.

"Awaaaassss, mangkok akan dibuka! Perhatikan baik-baik! Satu….. dua…….. tiga……… !"

Dengan cekatan, tangan si pendek gendut membuka mangkok dan dua buah dadu itu jelas memperlihatkan angka di permukaan mereka, yaitu angka satu dan dua!

"Tigaaaaa ……….!”

Teriak Bandar dadu dengan alat pengeruknya, dan tentu saja dia mengeruk semua uang yang bertumpuk di atas meja karena tidak ada seorangpun yang memasang nomor tiga.






Para pelayan wanita sibuk pula membantunya dan beberapa orang pembantu lagi mengatur uang kemenangan itu dalam tumpukan-tumpukan yang rapi, memisah-misahkan mata uang itu dan menghitung-hitung.

"Silakan pasang lagi! Pasang lagi……… ! Siapa tahu kali ini pasangan anda tepat mengenai sasaran! Pasang seratus mendapatkan tiga ratus, pasang seribu mendapatkan tiga ribu!" teriak beberapa orang gadis cantik pelayan meja dadu itu.

Sebuah tangan yang halus menyentuh lengan Hay Hay. Pemuda ini menengok dan dia terpesona. Gadis ini cantik bukan main. Bedak di mukanya tidak setebal gadis-gadis yang lain dan agaknya dara ini baru saja tiba karena tadi dia tidak melihatnya diantara para gadis pelayan. Juga pakaiannya agak berbeda, gadis ini lebih mewah dengan hiasan rambut dari emas permata. Matanya sungguh indah, seperti mata burung Hong! Usianya tentu tidak lebih dari dua puluh tahun.

"Kongcu, kenapa tidak ikut bertaruh? Kulihat engkau orang baru, biasanya orang baru akan selalu menang."

Hay Hay tersenyum. Gadis ini ramah sekali dan wajahnya amat menyenangkan, juga bau semerbak harum yang keluar dari pakaian dan rambutnya amat sedap, tidak menyolok.

"Aku sedang berpikir-pikir nomor berapa yang harus kupasangi." katanya.

Gadis itu tersenyum.
"Kongcu, aku bekerja disini dan tidak semestinya aku membantu para penjudi. Akan tetapi percayalah, malam tadi aku bermimpi indah sekali dan kalau aku menjadi kongcu, akan kupasangi nomor dua belas!"

Diam-diam Hay Hay tertawa. Gadis ini bekerja disitu sebagai pelayan, tentu saja, tugasnya selain membujuk para tamu agar berjudi, juga tentu berusaha supaya tamunya kalah, maka menganjurkan dia memasang nomor dua belas, nomor sial yang hanya mempunyai kemungkinan keluar satu kali saja!

Akan tetapi, dia tersenyum dan mengeluarkan semua sisa uang yang ada di sakunya, hanya setumpuk uang tembaga dan dua potong uang perak, hanya kurang lebih dua tail perak saja harganya!

"Nah, inilah semua uangku, boleh kau pasangkan sesukamu, nona."

Gadis itu memandang dengan alis berkerut.
"Kongcu, apakah semua uangmu hanya inikah?"

Hay Hay mengerling ke kiri dan melihat betapa dua orang penjaga atau tukang pukul yang tadi menyambutnya sedang berbisik-bisik dan memandang ke arahnya. Diapun tersenyum dan dapat menduga bahwa tentu dua orang itu yang melapor ke dalam dan dari dalam lalu mengutus gadis ini untuk melayaninya setelah mendengar laporan bahwa dia memiliki banyak uang emas!

"Semua uang kecilku hanya itu," katanya sambil tersenyum, "uang emasku masih banyak. Kau dengarlah ini!"

Dia menepuk saku bajunya dan gadis itu mendengar suara gemerincing nyaring. Gadis itu tersenyum manis sekali dan iapun mendesak maju ke meja.

"Kongcu mempertaruhkan semua uang kecil ini atas nomor dua belas!"

Semua orang memandang heran. Bagaimanapun juga, tumpukan uang itu cukup banyak. Mana ada orang mempertaruhkan uangnya pada nomor duabelas?

Bandar itu memandang sambil tersenyum menyeringai lebar, memperlihatkan deretan gigi yang kuning menghitam karena rusak. Lalu dia memutar-mutar dua buah dadu di dalam mangkuk, dan cepat menelungkupkan mangkuk itu di atas meja. Orang-orang diberi kesempatan untuk menambah taruhan mereka, dan tidak seorangpun kecuali- Hay Hay mempertaruhkan uangnya pada nomor dua belas.

Mangkuk dibuka dan.......
"Dua belaaaasss....... !" teriak bandar.

Dua buah dadu itu jelas memperlihatkan nomor enam dan enam! Semua orang berteriak heran dan gadis manis itu sambil tersenyum-senyum membantu Hay Hay menghitung uang taruhannya.

Hay Hay menerima tiga kali uang taruhannya sehingga di atas meja, di depannya, kini ia menghadapi uangnya yang menjadi bertumpuk-tumpuk! Dia mendapatkan sebuah bangku dan gadis cantik itupun duduk di dekatnya, memberi isarat kepada seorang pelayan lain untuk mengambilkan minuman anggur untuk "kongcu".

"Wah, engkau memang sedang mujur sekali nona......?"

"Siok Bi, namaku Siok Bi, kongcu......?"

"Hay Hay namaku!"

"Hay Kongcu, bukan aku yang mujur melainkan engkau!" katanya sambil menyentuh lengan dengan mesra sekali.

Sentuhan itu membuat Hay Hay merasa betapa bulu tengkuknya meremang. Begitu lembut, begitu hangat dan mesra. Jantungnya berdebar kencang dan mukanya menjadi merah.

"Siok Bi, coba kau tukarkan semua uang ini dengan uang perak agar lebih mudah kita bertaruh." katanya.

Gadis itu membantu dengan penuh gairah, dan dengan bantuannya, maka sebentar saja tumpukan uang di depan Hay Hay berubah meniadi uang perak setumpuk yang jumlahnya ada sepuluh tail!

"Silakan pasang lagi…….. !" bandar sudah berteriak, agaknya sama sekali tidak kecewa melihat betapa uangnya ditarik demikian banyaknya oleh tamu baru itu.

"Siok Bi, nomor berapakah sebaiknya kini?" tanya Hay Hay kepada gadis di sampingnya yang bersikap demikian mesra, seolah-olah mereka sudah lama berpacaran.

"Aih, mimpiku hanya satu kali, kongcu. Sebaiknya kalau engkau memilih sendiri agar tidak keliru.”

"Baiklah, kubertaruh atas nomor dua!"

Hay Hay rmendorong separuh dari semua uangnya ke atas nomor dua. Semua orang memandang dengan mata terbelalak. Gilakah pemuda itu? Setelah menang secara kebetulan sekali atas nomor dua belas, kini bertaruh atas nomor dua, nomor sial yang sukar keluarnya lagi.

“Kenapa nomor dua, kongcu? Nomor itu jarang sekali keluar, hanya mempunyai satu kemungkinan." bisik gadis di sisinya, mendekatkan mukanya dengan muka Hay Hay sehingga ketika bicara, dia dapat merasakan napas gadis itu hangat bertiup di pipinya.

Hay Hay tersenyum.
"Biarlah, bukankah tadi nomor dua belas juga keluar?"

Karena tertarik oleh keberuntungan pemuda itu, ada dua orang penjudi lain ikut-ikutan memasang pada nomor dua, akan tetapi hanya iseng-iseng saja dan jumlah uangnya tidak banyak.

Dadu dikocok dalam mangkuk, lalu ditelungkupkan. Ketika dibuka, ternyata jatuh pada nomor lima! Beberapa orang penjudi yang memegang nomor lima memperoleh uang hadiahnya, akan tetapi jumlahnya tidak banyak dan bandar masih menang cukup banyak.

"Aih, kongcu tidak percaya kepadaku sih!" Siok Bi mengeluh. "Sekarang pasang coba-coba saja dulu, kongcu, jangan banyak. Sepotong perak saja untuk memancing nasib."

"Baiklah, aku menurut usulmu," kata Hay Hay

Sambil tertawa dan dengan sembarangan saja dia melempar sepotong perak yang jatuh ke angka tiga! Kembali angka sial! Dan kini tidak ada seorangpun yang mau ikut-ikutan memasang nomor tiga.

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar