*

*

Ads

Kamis, 28 Juni 2018

Ang Hong Cu Jilid 017

Cin-ling-pai adalah sebuah perkumpulan besar yang sudah terkenal sekali. Keluarga Cia yang sejak turun temurun memimpin Cin-ling-pai juga dikenal sebagai pendekar-pendekar gagah perkasa, juga para murid perkumpulan ini belum pernah ada yang melakukan penyelewengan sehingga nama Cin-ling-pai dihormati dan disegani dunia kang-ouw, ditakuti golongan hitam dan dikagumi para pendekar.

Oleh karena itu para tokoh persilatan yang menerima undangan dari Cin-ling-pai, memerlukan datang untuk memberi selamat kepada kakek Cia Kong Liang, juga untuk menyaksikan pemilihan ketua baru yang tentu akan menarik sekali.

Seperti sudah lajim dilakukan di kalangan persilatan, penggantian ketua selalu diramaikan dengan ujian ilmu silat, bahkan tidak jarang terjadi adu ilmu dalam kesempatan itu. Juga berita bahwa Cin-ling-pai akan mengangkat seorang ketua diantara para murid, bukan keturunan langsung dari ketua yang sekarang, merupakan hal yang menarik bagi para tokoh kang-ouw. Jarang diantara mereka yang menerima undangan tidak datang hadir .

Pada hari yang ditentukan, para tamu berdatangan mendaki Gunung Cin-ling-san. Para murid kepala Cin-ling-pai menyambut mereka dengan sikap hormat dan mereka dipersilakan masuk ke dalam taman yang luas di belakang rumah induk.

Taman itu memang dipersiapkan untuk pesta ini. Sebuah taman luas dan kini telah dihias dan kursi-kursi berpencaran diantara tanaman bunga. Di tengah taman yang lapang dibangun sebuah panggung dan pihak tuan rurnah duduk di deretan kursi yang ditaruh di sudut, menghadap ke arah semua tamu yang duduk disetengah lingkaran menghadap ke panggung.

Ternyata Cia Hui Song, ketua Cin-ling-pai tidak ingin membuat pesta besar-besaran. Yang diundang tidak banyak. Para tamu yang sudah datang semua itu hanya berjumlah kurang lebih seratus lima puluh orang, terdiri dari bermacam golongan, tokoh-tokoh persilatan, pimpinan perkumpulan silat, dan orang-orang penting dalam dunia persilatan.

Biarpun tamu yang diundang tidak banyak, namun mereka mewakili tokoh-tokoh terpenting dan suasana cukup meriah karena Cin-ling-pai mendatangkan rombongan musik, nyanyian dan tari yang kenamaan, juga mendatangkan koki yang sudah berpengalaman.

Tentu saja yang diundang itu hanyalah tokoh-tokoh dunia persilatan yang tinggal di daerah Propinsi Shensi saja, terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar seperti Sian, Han-cung, Pao-ci, Yen-an dan sebagainya. Namun, semua perkumpulan persilatan besar sudah terwakili oleh wakil masing-masing yang terdapat di Propinsi Shensi seperti Siauw-lim-pai, Bu-tong-pai, dan Kun-lun-pai karena kebetulan sekali di propinsi ini terdapat murid-murid pandai dari perkumpulan besar itu yang mewakili perkumpulan masing-masing.

Para tamu itu bergiliran memberi selamat kepada kakek Cia Kong Liang yang duduk di sudut panggung. Karena sudah bertahun-tahun dia selalu mengeram diri didalam kamarnya, bersamadhi, maka kakek inipun merasa lemah kalau terlalu lama berdiri, maka dia menyambut penghormatan para tamu sambil duduk.

Puteranya, Cia Hui Song atau ketua Cin-ling-pai, berdiri di sebelah kanannya dan dialah yang membalas setiap ucapan selamat para tamu itu dengan penghormatan, mewakili ayahnya yang hanya duduk sambil tersenyum dan mengangguk-angguk terhadap setiap para tamu yang menghaturkan selamat kepadanya.

Setelah memberi kesempatan kepada para tamu untuk memberi selamat kepada kakek Cia Kong Liang. Cia Hui Song lalu memberi ucapan selamat datang kepada para tamu dan pestapun dimulailah dengan meriah. Rombongan pemain musik, penari dan penyanyi mulai memperlihatkan kemahiran mereka, dan taman itupun penuh dengan senyum dan tawa diantara mengalirnya arak dan anggur harum sebagai teman hidangan yang serba lezat karena dibuat oleh koki yang pandai.

Para tamu makan minum sambil mengobrol dengan gembira, ada pula yang makan minum sambil menikmati tontonan yang menarik, yaitu tari-tarian dan nyanyian yang dilakukan para gadis cantik. Mereka semua bergembira, terutama sekali karena mereka tahu bahwa setelah makan minum, mereka akan disuguhi tontonan yang mereka nanti-nantikan, bahkan yang mendorong mereka untuk hadir dalam pesta itu, ialah .pemilihan ketua baru dari Cin-ling-pai.

Para tamu muda tiada hentinya mengerling ke arah panggung dimana duduk seorang gadis yang amat menarik perhatian mereka, apalagi ketika mereka mendengar bahwa gadis yang cantik jelita dan gagah itu bukan lain adalah puteri ketua Cin-ling-pai!

Nama Cia Kui Hong sudah banyak dikenal orang kalangan persilatan karena gadis ini termasuk seorang diantara para pendekar yang telah ikut membasmi pemberontakan yang dipimpin oleh Lam-hai Giam-lo. Apalagi merekapun mendengar bahwa gadis cantik dan gagah perkasa itu, yang usianya sudah sembilan belas tahun, bagaikan setangkai bunga mawar sedang mekar mengharum dengan indahnya, belum menikah, bahkan belum bertunangan!

Setelah pesta makan minum selesai, Cia Hui Song lalu bangkit dan melangkah maju ke tengah panggung, menghaturkan terima kasih dan memberitahu kepada para tamu bahwa kini Cin-ling-pai hendak mengadakan pemilihan ketua baru dan dia mengharap agar para tamu suka menjadi saksi.






"Harap Cia-pangcu (Ketua Cia) suka memberitahu kepada kami mengapa pangcu hendak mengadakan pemilihan ketua baru? Bukankah pangcu ketuanya dan selama dalam bimbingan pangcu, Cin-ling-pai memperoleh banyak kemajuan?" terdengar seorang tamu berseru dan para tamu lainnya mengangguk menyatakan persetujuan mereka dengan pertanyaan itu karena memang rata-rata mereka merasa heran akan pemilihan ketua Cin-ling-pai secara tiba-tiba ini, padahal ketuanya masih muda dan memiliki ilmu kepandaian tinggi.

Mendengar pertanyaan ini, Hui Song tersenyum ramah dan mengangguk. Dia memang sudah mempersiapkan diri menghadapi pertanyaan seperti itu.

"Harap cu-wi (anda sekalian) tidak salah sangka. Sesungguhnya, tidak terjadi sesuatu yang aneh dalam perkumpulan kami dan pemilihan ketua baru ini wajar saja. Tidak lain karena saya bersama isteri ingin merantau dan karena merasa tidak baik meninggalkan Cin-ling-pai tanpa seorang ketua, maka sebelum pergi kami hendak mengadakan pemilihan ketua baru. Kami sengaja memilih hari ini agar ada cu-wi yang dapat menjadi saksi."

Keterangan Cia Hui Song ini agaknya dapat diterima karena tidak ada lagi diantara para tamu yang mengajukan pertanyaan. Kemudian, Cia Hui Song menyerahkan pimpinan untuk pemilihan ketua baru itu kepada ayahnya.

Baru sekarang Cia Kong Liang yang sudah tua itu nampak bersemangat setelah puteranya menyerahkan pimpinan kepadanya. Dia masih tetap duduk di atas kursinya, akan tetapi suaranya terdengar lantang ketika dia berkata,

"Semua murid dan anggota Cin-ling-pai tidak terkecuali, harap berkumpul di dekat panggung!"

Berkumpullah semua murid Cin-ling-pai, bahkan mereka yang tadinya bertugas jaga, atau ikut melayani tamu, ikut pula berkumpul. Setelah semua murid berkumpul dekat panggung, menempati bagian belakang panggung agar tidak menghalangi pandangan para tamu yang duduk di kursi menghadap panggung, ketua lama Cia Kong Liang berkata lagi, nada suaranya tegas dan berpengaruh.

"Sekarang dimulai tahap pertama, yaitu para murid diberi kesempatan untuk mengajukan calon-calon yang mereka pilih!"

Semenjak ada pernyataan ketua Cin-ling-pai bahwa akan diadakan pemilihan ketua baru, telah terjadi semacam persaingan diantara para murid Cin-ling-pai. Di satu pihak, ada yang memilih Gouw Kian Sun untuk menjadi ketua. Gouw Kian Sun ini berusia hampir empat puluh tahun, dan dialah yang dapat dikata murid Cin-ling-pai terpandai di waktu itu. Dia adalah sute dari Cia Hui Song, atau murid dari Cia Kong Liang dan murid ini telah menguasai semua ilmu silat Cin-ling-pai. Bahkan dialah yang selama ini mengurus sebagian besar tugas di Cin-ling-pai ketika Hui Song bertapa di makam isterinya yang ke dua dan Cia Kong Liang mengeram diri di dalam kamarnya.

Oleh Cia Hui Song dia diangkat pula menjadi pembantu utama, Gouw Kian Sun ini seorang yang tidak mempunyai keluarga, tidak ada orang tua dan biarpun usianya sudah hampir empat puluh tahun, dia tidak menikah. Orangnya rajin, pendiam, setia kepada Cin-ling-pai, bertanggung jawab dan pendiam. Semua murid tingkat atas maklum belaka bahwa Gouw Kian Sun memiliki ilmu kepandaian silat yang menonjol dan hanya berada di bawah tingkat kepandaian ketua sendiri! Karena itu, maka sebagian murid memilih dan mengajukan dia sebagai calon ketua.

Akan tetapi sebagian pula memilih Tang Cun Sek! Hal ini adalah karena mereka itu percaya akan kelihaian Tang Cun Sek yang menguasai banyak ilmu silat selain ilmu-ilmu Cin-ling-pai dan mereka menganggap bahwa kalau Cun Sek menjadi ketua, tentu mereka akan dapat mempelajari ilmu-ilmu silat yang baru. Selain itu, juga Tang Cun Sek yang pendiam itu menarik perhatian, terutama setelah para murid tahu bahwa Tang Cun Sek agaknya disayang oleh ketua lama, yaitu kakek Cia Kong Liang!

Sebelum Kui Hong pulang ke Cin-ling-san, para murid terbagi menjadi dua kelompok yang memilih dua orang ini, akan tetapi setelah gadis itu pulang, banyak diantara para murid yang condong memilih gadis puteri ketua itu menjadi pangcu (ketua) yang baru! Maka, ketika kakek Cia Kong Liang menyuruh para murid memilih dan mengajukan calon ketua terdengarlah teriakan-teriakan yang menyebut tiga nama.

"Gouw Kian Sun!"

"Tang Cun Sek!"

"Nona Cia Kui Hong……!”

Demikianlah terdengar para murid meneriakkan nama calon masing-masing. Mendengar disebutnya nama Cia Kui Hong itu, Cia Hui Song dan isterinya, Ceng Sui Cin, saling pandang. Mereka tidak menyangka bahwa ada sebagian murid yang memilih puteri mereka sebagai calon ketua baru!

Akan tetapi karena mereka berada pada suatu upacara pemilihan, tentu saja mereka tidak dapat menyatakan sesuatu dan suara dari para murid pada saat seperti itu mempunyai hak dan kekuasaan. Mereka hanya memandang kepada puteri mereka yang juga kelihatan terkejut mendengar namanya disebut-sebut sebagai calon ketua!

Akan tetapi iapun hanya tersenyum saja karena merasa tidak enak kalau menolak begitu saja. Iapun sudah tahu akan peraturan pemilihan seperti ini, harus tunduk kepada suara banyak dan yang berhak menentukan adalah suara terbanyak. Kalau ia menyatakan penolakannya, sama saja dengan melanggar peraturan yang sudah diadakan oleh perkumpulannya sendiri, atau sama saja dengan mengkhianati hati Cin-ling-pai.

Namun, gadis yang cerdik ini diam-diam membayangkan bagaimana kalau ia menjadi ketua, terikat oleh tugas dan kewajiban. Diam-dim ia merasa ngeri dan alam benaknya telah diaturnya bagaimana agar ia dapat mengatasi hal itu. Iapun sudah mengenal Gouw Kian Sun yang dipanggilnya su-siok, seorang yang setia kepada Cin-ling-pai, pandai dan juga bijaksana.

Dan dara inipun tahu bahwa calon ke dua, Tang Cun Sek, adalah orang yang didukung oleh kakeknya, juga mempunyai banyak pendukung diantara para murid Cin-ling-pai, dan biarpun ia sendiri belum membuktikan, ia mendengar bahwa Tang Cun Sek adalah orang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi! Bahkan menurut keterangan kakeknya, pemuda tinggi besar bermuka putih itu memiliki tingkat kepandaian silat yang tidak berada di bawah tingkat ayahnya atau ibunya! Sungguh hal ini sukar untuk dapat dipercayanya.

Ayahnya adalah murid dari mendiang Siangkiang Lojin, seorang diantara Delapan Dewa, sedangkan ibunya adalah puteri tunggal Pendekar Sadis, kong-kongnya yang sakti dan neneknya yang juga tidak kalah saktinya! Kalau benar Tang Cun Sek ini memiliki tingkat kepandaian seperti ayahnya atau ibunlya, tentu dia lihai bukan main dan mudah diduga bahwa tingkat kepandaian susioknya, Gouw Kian Sun yang menjadi calon pertama itu tidak akan mampu mengalahkannya.

Tentu saja diam-dlam Kui Hong condong memilih susioknya yang sudah dikenal benar wataknya. Setelah ia bicara dengan ayah ibunya tentang Tang Cun Sek, ternyata bahwa agaknya ayah ibunya juga tidak begitu setuju kalau orang ini menjadi ketua baru, akan tetapi ayah ibunya juga merasa sungkan terhadap kakeknya.

"Kami sendiri belum pernah membuktikan sampai dimana kelihaiannya," demikian antara lain Cia Hui Song menjawab pertanyaan puterinya tentang Tang Cun Sek. "Akan tetapi ketika dia mohon menjadi murid Cin-ling-pai, sikapnya amat baik dan tidak ada alasan bagiku untuk menolaknya. Dan dia memang berbakat sekali karena semua ilmu silat Cin-ling-pai, yang bagaimana sukarpun, dapat dikuasainya dengan baik. Dan diapun amat tekun belajar, bahkan paling menonjol dalam hal ketekunannya."

"Dan bagaimanapun juga, harus kami akui bahwa sikapnya amat baik. Dia pendiam, tidak banyak cakap, dan tidak banyak ulah, bahkan rajin pula bekerja. Tidak ada alasan bagi kami untuk merasa kecewa atau tidak suka kepadanya."

"Dan agaknya memang ayah amat suka kepada pemuda itu. Entah mengapa kakekmu itu sering memanggilnya, dan bahkan hanya Tang Cun Sek yang diperkenankan memasuki pondoknya, kemudian bahkan mengharuskan murid itu yang melayani kakekmu." kata Hui Song.

"Ayah dan ibu, agaknya kakek sudah condong memilih dia sebagai ketua baru, bahkan kakek pernah mengatakan kepadaku bahwa murid itu patut menjadi jodohku. Hemm, agaknya kakek sudah suka bukan main kepada Tang Cun Sek itu."

Ayah dan ibunya saling pandang dan tersenyum.
"Tentang itu, terserah kepadamu, anakku," kata Ceng Sui Cin. "Ayahmu dan aku memang sudah ingin sekali mempunyai mantu dan cucu, akan tetapi tentang jodohmu, kami menyerahkan sepenuhnya kepada pilihanmu. Andaikata kakekmu, ayah dan ibumu sudah menyukai seorang calon suamimu, kalau engkau sendiri tidak suka dan tidak setuju, siapapun tidak akan dapat memaksamu."

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar