*

*

Ads

Kamis, 28 Juni 2018

Ang Hong Cu Jilid 016

Setelah tiba di lian-bhu-thia, Kui Hong langsung meloncat ke tengah ruangan yang luas itu. Kegembiraannya muncul, akan tetapi diam-diam ia telah memperhitungka sikapnya. Ia ingin sekali menguji, sebelum terjadi pemilihan ketua baru, siapa diantara murid dan anggota Cin-ling-pai yang sudah memiliki ilmu silat tinggi dan pantas untuk menjadi ketua baru.

Terutama sekali, ingin ia memancing keluarnya murid bernama Tang Cun Sek itu, untuk diujinya sampai dimana kepandaian orang itu maka dipilih oleh kong-kongnya sebagai calon ketua baru.

Setelah berada di tengah ruangan berlatih silat. Kui Hong lalu berkata,
”Hayo, silahkan siapa yang hendak latihan bersamaku! Sudah lama kita tidak berlatih bersama-sama. Siapa diantara kalian yang paling maju ilmu silatnya.? Majulah, mari kita main-main sebentar!”

Para murid Cin-ling-pai maklum benar siapa adanya Kui Hong. Memang benar diantara mereka banyak terdapat murid yang lebih tua dan lebih dahulu belajar dibandingkan Kui Hong. Akan tetapi merekapun tahu bahwa kalau mereka hanya mempelajari ilmu-ilmu asli dari Cin-ling-pai yaitu San-in Kun-hoat, Thai-kek Sin-kun yang amat sukar, Tiat-po-san dan Ilmu pedang Siang-bhok-kiamsut, sebaliknya gadis itu selain mewarisi ilmu-ilmu dari keluarga Pendekar Sadis! Bahkan dalam hal gin-kang (ilmu meringankan tubuh gadis itu amat hebat karena telah menguasai Bu-eng-hui-teng dari ibunya yang menjadi murid mendiang Wu Yi Lojin, seorang diantara Delapan Dewa!

Karena maklum bahwa mereka tidak akan mampu menandingi ilmu kepandaian Kui Hong, maka tantangan gadis itu tidak ada yang berani meyambutnya.

“Hayolah!” ajak Kui Hong. ”Kenapa sekarang kalian semua berubah menjadi pemalu dan penakut? Aku hanya ingin melihat kemajuan kalian, mari kita bersama latihan San-in Kun-hoat!”

Seorang murid yang berusia tiga puluh tahun dan yang terkenal sebagai murid yang paling ahli dalam hal ilmu silat San-in Kun-hoat (Silat Awan Gunung), dengan malu-malu melangkah maju menghadapi Kui Hong, diantar tepuk tangan memberi semangat oleh para saudaranya.

Melihat pria yang jangkung dan berwajah pemalu ini, Kui Hong tersenyum dan cepat memberi hormat,

“Aih, kiranga suheng Ciok Gun! Saudara-saudara sekalian, aku girang bahwa dia ini yang maju. Ketahuilah bahwa ketika aku sedang belajar San-in Kun-hoat dahulu, justeru yang memberi banyak petunjuk kepadaku adalah suheng Ciok Gun ini!”

Ucapan ini kembali disambut tepuk tangan para murid Cin-ling-pai dan suasananya kini berubah semakin meriah.

“Sumoi terlalu memujiku, sekarang mana mungkin aku dapat melawanmu?” kata pria jangkung yang bernama Ciok Gun itu sambil tersenyum dan memasang kuda-kuda Ilmu Silat San-in Kun-hoat.

Pasangan kuda-kudanya memang mantap, setelah dia menarik napas dalam-dalam dan mengumpulkan semua khikang ke dalam pusar dari mana tenaga dalam itu akan mengatur semua gerakan dari tubuhnya dalam ilmu San-in Kun-hoat yang lihai itu.

Kui Hong mengangguk-angguk kagum lalu berseru,
“Nah, mari kita mulai, suheng. Lihat seranganku!” berkata demikian, gadis itu mulai melakukan serangan dengan jurus Pek-in-toan-san (Awan Putih Memutuskan Gunung).

Kedua tangan gadis itu dengan cepat menyambar ke arah leher dan dada lawan. Gerakannnya itu nampaknya tanpa tenaga, namun Ciok Gun merasakan betapa ada angin pukulan menyambar halus dan kuat bukan main, dan terutama sekali, gerakan gadis itu amat cepatnya, terlalu cepat baginya sehingga tergesa-gesa dia mengelak ke belakang dan membalas dengan tendangan kakinya dari samping.

Dengan lincah sekali, dan amat luwes gerakannya, Kui Hong meliukkan tubuhnya dan tendangan itu menyambar lewat tempat kosong. Gadis itupun membalikkan tangannya dan kembali sudah menyerang dengan amat cepatnya. Ciok Gun memutar tangan hendak menangkis disusul tangkapan tangan ke arah lengan lawan, namun dia kalah cepat karena Kui Hong sudah menarik kembali tangannya, mengganti serangan itu dengan serangan dari samping.

Terjadilah pertandingan yang amat seru dengan ilmu silat yang sama. Namun, segera nampak betapa Ciok Gun terdesak hebat dan setalah lewat sepuluh jurus, dia hanya mampu mengelak dan menangkis, sama sekali tidak sempat membalas karena memang dia jauh kalah dalam kecepatan gerakan.

Untung bahwa dia memang ahli ilmu silat San-in Kun-hoat, sehingga ia mampu membela diri dan melindungi tubuhnya dan lebih untung lagi baginya bahwa lawannya juga mempergunakan ilmu silat yang sama sehingga, biarpun amat cepat gerakan Kui Hong, dia selalu dapat melihat awal gerakan dan menduga dengan tepat kemana arah serangan gadis itu. Biarpun demikian, saking cepatnya lawan bergerak, dia dipaksa untuk bergerak cepat mengimbanginya dan hal ini membuat kepalanya terasa pening dan pandang matanya berkurang!

“Kalau ada suheng atau sute yang ingin meramaikan latihan ini dan membantu Ciok-suheng, silakan maju!” Kui Hong berkata sambil mengelak dari sambaran tangan Ciok Gun yang baru dapat membalas serangan ketika gadis itu berhenti sebentar untuk bicara kepada murid lainnya. “Jangan malu-malu, hayo maju dan kita latihan bersama!”






Mendengar ucapan ini, dan melihat betapa Ciok Gun yang mereka kenal sebagai ahli ilmu silat San-in Kun-hoat sama sekali tidak mampu menandingi puteri ketua mereka itu, empat orang murid menjadi penasaran dan juga bangkit kegembiraan mereka.

Mereka berempat adalah murid-murid yang lebih tua dari Kui Hong dan termasuk juga suheng (kakak seperguruan) gadis itu. Mereka saling memberi isarat, lalu keempatnya meloncat ke depan memasuki kalangan adu silat.

"Sumoi, kami hendak ikut berlatih!" kata mereka.

"Bagus! Marilah, suheng berempat, maju dan bantulah Ciok-suheng agar lebih ramai!" tantang Kui Hong tanpa sombong, wajahnya berseri, cantik sekali dan sepasang matanya bersinar-sinar, membuat kagum semua murid yang berada disitu.

Empat orang murid itu lalu mulai membantu Ciok Gun, mengepung Kui Hong dan menyerang secara bertubi-tubi, akan tetapi serangan mereka itu selalu menggunakan ilmu silat San-in Kun-hoat karena mereka itu sedang berlatih, bukan berkelahi dan tiada seorangpun diantara mereka yang mau bertindak curang.

Dan kini Kui Hong benar-benar memperlihatkan kelihaiannya! Gadis itu tidak berani main-main lagi seperti ketika menghadapi Ciok Gun seorang. Kini dara ini dikeroyok oleh lima orang murid Cin-ling-pai yang sudah tinggi ilmunya, dan tentu saja empat orang yang baru masuk itupun telah menguasai San-in Kun-hoat dengan baik, walaupun mereka tidak seahli Ciok Gun. Kini Kui Hong mengerahkan tenaga lebih besar dan memainkan San-in Kun-hoat sebaik mungkin.

Terjadilah adu ilmu yang amat seru dan menarik sekali. Gerakan Kui Hong sedemikian cepat dan ringannya, juga amat indah. Tubuhnya bergerak seolah-olah seekor kupu-kupu diantara lima tangkai bunga yang tertiup angin bergerak ke sana sini dan kupu-kupu itu beterbangan diantara mereka!

Betapapun lima orang itu mendesak dan berusaha mengalahkan sumoi mereka, namun tak pernah mereka mampu menyentuh ujung baju Kui Hong! Dan para murid yang menonton adu ilmu ini menjadi bengong. Barulah mereka melihat kenyataan bahwa ilmu silat San-in Kun-hoat dapat menjadi ilmu yang amat hebat, yang membuat gadis itu sama sekali tidak terdesak biarpun dikeroyok oleh lima orang murid utama yang merupakan tokoh-tokoh tingkat dua di Cin-ling-pai!

Tentu saja hal ini tidaklah aneh. Semua ilmu silat merupakan ilmu bela diri yang amat baik dan teratur, penuh dengan daya serang dan daya tahan yang baik. Tinggi rendahnya tingkat seseorang bukan ditentukan oleh ilmu silatnya itu sendiri, melainkan oleh orangnya!

Siapa yang tekun berlatih dan menguasai rahasia ilmu silat itu, dan yang memiliki tenaga sakti yang kuat, tentu dapat memainkan ilmu silat itu dengan amat baik dan membuatnya amat tangguh, sukar dikalahkan lawan. Sebaliknya, betapapun tinggi dan hebatnya suatu ilmu, kalau yang mempelajarinya hanya menguasai setengah-setengah saja, ilmunya belum matang dan tentu saja tidak membuat dia terlalu tangguh.

Kui Hong bukan saja telah menguasai ilmu San-in Kun-hoat dengan amat baik, akan tetapi setelah menerima gemblengan dari kakek dan neneknya di Pulau Teratai Merah, gadis ini telah memiliki sin-kang yang amat kuat, dan juga kakek dan neneknya menunjukkan kekurangan kekurangan dalam gerakan semua ilmu silat yang telah dikuasainya sehingga ilmu itu menjadi semakin ampuh karena seakan-akan telah disempurnakan oleh dua orang ahli silat yang sakti!

Oleh karena itu, menghadapi lima orang suhengnya, biarpun seorang diantara mereka ahli San-in Kun-hoat, dara ini memang jauh lebih matang, lebih cepat karena menguasai gin-kang (ilmu meringankan tubuh) gemblengan neneknya, juga memiliki sin-kang (tenaga sakti) gemblengan kakeknya. Biarpun dikeroyok lima, Kui Hong menguasai keadaan karena dengan kecepatan gerakan tubuhnya, semua serangan yang telah dikenalnya baik-baik itu dapat dielakkan dan kalau tidak sempat mengelak, setiap tangkisannya membuat tubuh penyerangnya terdorong kebelakang.

Akhirnya, lima orang itu harus mengakui keunggulan sumoi mereka dan mereka tahu bahwa dalam perkelahian sungguh-sungguh, sudah sejak tadi mereka akan roboh seorang demi seorang! Ciok Gun yang lebih dulu melompat ke belakang diikuti empat orang murid lain.

"Hebat, ilmu kepandaianmu sekarang sangat hebat, sumoi. Sungguh membuat kami semua kagum dan membuka mata kami bahwa keturunan ketua dan guru kami memang hebat!"

Mendengar ucapan Ciok Gun itu, semua murid menjadi gembira karena tadinya banyak diantara murid Cin-ling-pai kebingungan, merasa kehilangan pimpinan, seperti sekumpulan anak ayam ditinggalkan induknya ketika ketua mereka, Cia Hui Song, bertapa di makam isterinya kedua, sedangkan ketua lama, Cia Kong Liang hanya bersamadhi di dalam kamarnya tanpa mau mencampuri urusan luar, dan Ceng Sui Cin juga acuh terhadap perkumpulan itu karena bagaimanapun juga, ia merasa bukan haknya untuk memimpin Cin-ling-pai.

Akan tetapi, sekarang muncul Cia Kui Hong yang demikian lihai, maka para murid mempunyai harapan untuk dapat memperoleh seorang pemimpin yang pandai dan boleh diandalkan, juga yang ahli dalam ilmu-ilmu silat Cin-ling-pai.

"Hidup nona Cia Kui Hong!" teriak para murid.

Ada yang. menyebut sumoi, suci, dan juga nona! Kui Hong menjura ke arah mereka dengan sikap merendah.

"Para suheng dan sute, harap jangan terlalu memuji padaku. Ketahuilah, aku memperoleh kemajuan karena aku tekun dan giat berlatih, dan aku menerima bimbingan kakek dan nenekku di Pulau Teratai Merah. Akan tetapi, aku mengajak kalian berlatih bukan untuk pamer, melainkan karena aku melihat kelesuan dintara kalian. Marilah kita berlatih dengan baik, karena siapa lagi kalau bukan kita yang harus menegakkan nama besar Cin-ling-pai! Dan bagaimana kita akan mampu menegakkan nama besar Cin-ling-pai kalau kita lemah dan malas berlatih? Ketahuilah, aku membawa berita baik, yaitu bahwa mulai hari ini ayahku, yaitu ketua kalian, telah meninggalkan tempat pertapaan dan akan memimpin Cin-ling-pai seperti biasa."

Mendengar ini, semua murid bersorak gembira sekali karena berita ini merupakan berita baik. Kui Hong mencari dengan matanya dan akhirnya ia melihat pemuda tinggi besar bermuka putih yang bernama Tang CUn Sek itu, murid Cin-Iing-pai yang baru dan disuka oleh kakeknya, dan yang menurut kakeknya amat lihai sekali karena sebelum masuk menjadi anggauta Cin-ling-pai telah memiliki banyak macam ilmu silat yang tinggi. Ia melihat pemuda itu di sudut, turut pula bertepuk tangan dengan para murid lain.

Tiba-tiba seorang murid lain yang berdiri di dekat Tang Cun Sek murid bertubuh kurus yang dikenal oleh Kui Hong sebagai seorang murid lama, terhitung suhengnya, berusia tiga puluh lima tahun bangkit berdiri dan berkata dengan suara nyaring,

"Kami gembira sekali mendengar berita itu, Cia-sumoi, akan tetapi kami pernah mendengar bahwa akan diadakan pemilihan ketua baru untuk Cin-ling-pai. Sampai dimana kebenaran berita itu?"

Kui Hong kembali bertemu pandang dengan Tang Cun Sek dan ia melihat betapa pemuda itu memandang kepadanya dengan penuh perhatian, seolah-olah tertarik sekali dan ingin benar mendengar jawabannya atas pertanyaan itu.

Gadis itu tersenyum. Tentu saja para murid itu sudah mendengar akan hal ini, karena bukankah kakeknya juga mendengar? Ia mengangguk dan memandang kesekeliling.

"Memang benar, ayahku sudah memberitahu pula kepadaku bahwa dalam waktu dekat ini akan diadakan pesta di Cin-ling-pai, pertama untuk merayakan hari ulang tahun ke tujuh puluh dari kakekku."

"Hidup dan panjang umur lo-pangcu!" terdengar para murid Cin-ling-pai berseru untuk menghormati ketua lama yang akan merayakan ulang tahunnya itu.

"Dan kedua kalinya, memang ayahku berniat untuk mengangkat seorang ketua Cin-ling-pai yang baru. Hal ini adalah karena ayah dan ibuku hendak pergi merantau dan tidak baik kalau Cin-ling-pai dibiarkan tanpa ketua." sambung Kui Hong.

"Kenapa mesti susah-susah mencari ketua baru? Nona Cia Kui Hong cukup lihai dan pantas menjadi pengganti ketua!" terdengar teriakan seorang murid dan ucapan ini kembali mendapat sambutan sorak-sorai, tanda bahwa sebagian besar dari para murid itu setuju kalau Kui Hong menjadi ketua Cin-ling-pai.

Mereka sudah melihat kelihaian Kui Hong dan juga merasa senang sekali kalau ketua mereka seorang gadis yang demikian cantik dan gagah perkasa! Kui Hong memperhatikan wajah Tang Cun Sek, akan tetapi, pemuda tinggi besar yang bermuka putih itu kelihatan tenang saja, bahkan tersenyum dan mengangguk-angguk tanpa menyatakan setuju, akan tetapi juga tidak menentang.

Wajah Kui Hong yang menjadi merah,
"Aih, para sute dan suheng ini ada-ada saja. Aku hanyalah seorang wanita, bagaimana dapat menjadi seorang ketua yang menghadapi banyak tantangan dan persoalan? Aku paling tidak suka dengan kesibukan, apalagi kalau harus mempergunakan otak memikirkan banyak persoalan. Aku ingin bebas. Kurasa Cin-ling-pai memiliki cukup banyak murid yang pandai dan pantas untuk menjadi ketua, kalau memang ayah menghendaki adanya seorang ketua baru."

Berkata demikian, kembali Kui Hong melayangkan pandang matanya kepada Tang Cun Sek yang masih diam saja, tidak membuat tanggapan apapun.

"Sudahlah, kita menanti datangnya saat itu dan kita lihat saja nanti. Bagaimanapun juga, seorang calon ketua Cin-ling-pai haruslah benar-benar seorang yang selain pandai ilmu silat Cin-ling-pai juga bijaksana. Tentu kepandaiannya itu akan diuji lebih dulu, dan kurasa para susiok, dan pemuka Cin-ling-pai juga sudah siap untuk menghadapi peristiwa besar itu. Sekarang, siapa lagi yang ingin berlatih silat dengan aku?"

Para murid Cin-ling-pai itu dengan bergembira bergantian maju dan berlatih silat dengan gadis puteri ketua itu yang ternyata pandai dalam semua ilmu silat perkumpulan mereka. Dan Kui Hong tidak segan-segan untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada mereka dengan hati tulus.

Demikianlah, semenjak Kui Hong pulang ke Cin-ling-pai, banyak diantara para murid memperoleh kegembiraan baru dan mereka mulai rajin lagi berlatih silat. Sementara itu, Cia Hui Song sibuk mengirim surat undangan kepada para tokoh pendekar, pimpinan perkumpulan persilatan besar, untuk menghadiri pesta yang akan diadakan dengan dua peristiwa penting, yaitu pertama untuk merayakan hari ulang tahun ayahnya yang ketujuh puluh tahun dan kedua untuk mengadakan pemilihan ketua baru dari Cin-ling-pai dengan disaksikan oleh para tokoh yang hadir.

Dan tanpa diketahui orang lain kecuali ketua Cin-ling-pai itu dan anak isterinya, pesta itupun diam-diam diadakan untuk merayakan pertemuan dan bersatunya keluarga mereka setelah berpisah batin selama kurang lebih empat tahun lamanya.

Setelah mengirimkan surat-surat undangan, Cin-ling-pai sibuk membuat persiapan menyambut datangnya hari baik itu dan tempat-tempat darurat dipersiapkan untuk menampung para tamu.

**** 016 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar