*

*

Ads

Jumat, 20 April 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 049

Bi Lian menjadi marah.
"Mampuslah!"

Ia membentak dan kini ia sudah menyerang lagi, kakinya menendang dengan tendangan berantai sampai tujuh kali, dengan kaki kanan dan kiri, sementara itu, di antara tendangan-tendangan yang bertubi-tubi itu, kedua tangannya masih membantu kaki dengan serangan tamparan-tamparan jarak jauh yang amat ganas dan kuat sehingga angin pukulan itu saja yang mengandung hawa panas sudah akan dapat merobohkan lawan yang kurang kuat.

Betapapun cepat dan kuat gerakan Bi Lian dalam serangan-serangannya, namun yang dihadapinya sekali ini adalah seorang murid terkasih dari dua orang di antara Pat Sian (Delapan Dewa)! Tingkat kepandaian dua orang gurunya itu jauh melampaui tingkat kepandaian dua orang guru Bi Lian, yaitu dua orang di antara Empat Setan, maka tentu saja tidak rnengherankan kalau tingkat kepandaian Hay Hay juga lebih tinggi dibandingkan tingkat Bi Lian.

Dia terkejut juga melihat kehebatan serangan-serangan gadis itu, namun dia tidak gugup. Dengan Ilmu Jiauw-pouw-poan-soan, yaitu langkah ajaib yang membuat tubuhnya berputar-putaran namun selalu dapat menghindarkan diri dari serangan lawan, dia berhasil membuat semua tendangan dan pukulan tangan Bi Lian mengenai angin kosong belaka.

Dari See-thian Lama dia telah mewarisi ginkang istimewa, yang membuat tubuhnya dapat bergerak lebih cepat dari gerakan Bi Lian. Sampai belasan jurus gadis itu menyerang secara bertubi-tubi dan karena tidak satu pun serangannya mengenai sasaran, bahkan menyentuh baju pemuda itu pun tidak, Bi Lian menjadi semakin penasaran dan marah.

"Keparat, balaslah kalau engkau memang memiliki kepandaian!" Semakin Hay Hay mengalah, ia merasa semakin dipandang rendah dan dipermainkan.

"Baik, terimalah ini!"

Hay Hay mulai membalas dengan tamparan ke arah pundak Bi Lian. Tamparan yang nampaknya perlahan saja. Akan tetapi Bi Lian tidak berani memandang rendah karena ia pun maklum bahwa pemuda ini, biarpun ugal-ugalan dan berlagak tolol, ternyata memiliki ilmu kepandaian yang tinggi. Ia pun cepat mengelak dan membalas dengan tusukan tangan miring ke arah lambung. Akan tetapi, Hay Hay membalikkan tangan yang menampar ke bawah, secara tak tersangka-sangka tangannya yang seperti kepala ular itu telah menyambar ke bawah dan dia berhasil menangkap pergelangan tangan gadis itu.

"He-heh…… !"

Dia tertawa akan tetapi hanya sebentar karena bukan main kagetnya ketika tangan kedua dari gadis itu tahu-tahu telah menyambar ke arah mukanya, dengan telunjuk dan jari tengah menusuk ke arah mata!

"Eeiiiittt...! Aku belum mau menjadi buta!" katanya, terpaksa melepaskan tangkapan tangannya dan meloncat ke belakang.

Bi Lian melihat betapa pergelangan tangannya yang dipegang tadi terdapat tanda bekas jari tangan dan ia pun menjadi marah bukan main.

Tiba-tiba dari mulutnya keluar suara melengking tinggi yang menggetarkan jantung Hay Hay. Pemuda ini terkejut bukan main ketika merasa betapa jantungnya terguncang dan tubuhnya menggigil mendengar suara melengking ini.

Tahulah dia bahwa gadis itu mempergunakan semacam ho-kang (ilmu khikang yang dilancarkan melalui suara) yang amat kuat. Ilmu seperti ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki sin-kang dan khikang yang amat kuat, seperti binatang harimau dan singa yang mampu melumpuhkan lawan hanya dengan gerengannya saja!.

Maka dia pun cepat menahan napas mengerahkan sin-kangnya, lalu dia pun tertawa bergelak-gelak. Dari suara ketawanya ini keluar gelombang suara yang kuat, menahan gelombang suara lengkingan yang dikeluarkan Bi Lian.

Pada saat itu, Bi Lian, tanpa menghentikan lengkingannya, sudah menerjang lagi, kini pukulannya yang dilakukan dari kanan kiri, menampar-nampar ke arah kepala sampai ke pinggang, diselingi tendangan-tendangan maut yang amat cepat.

Melihat ini, Hay Hay juga cepat mengeluarkan langkah ajaibnya, mengelak dan membalas serangan Bi Lian. Ketika tangan kanan Bi Lian yang menyambar pelipisnya dapat dielakkan, otomatis tangannya menotok ke arah leher gadis itu sambil tangan kirinya menangkis datangnya tendangan.

Tangkisan tendangan itu membuat tubuh Bi Lian terguling dan Hay Hay merasa terkejut dan menyesal sekali. Tak disangkanya bahwa tangkisannya itu mempergunakan tenaga terlampau kuat sehingga dia membuat gadis itu terpelanting. Dia cepat membungkuk untuk membantu gadis itu bangun kembali, akan tetapi tiba-tiba kaki kiri gadis itu menyambar dari bawah dalam posisi terpelanting tadi.






Hay Hay terkejut. Baru tahulah dia bahwa gadis itu bukan terpelanting sungguh-sungguh, melainkan hanya pancingan saja. Tendangan yang demikian cepatnya menyambar selagi tubuhnya membungkuk untuk menolong, maka tak sempat lagi ditangkis atau dielakkan. Segera dia mengerahkan sinkang ke arah pinggangnya yang disambar tendangan itu.

"Bukkk...!"

Dan tubuh Hay Hay terlempar sampai tiga meter, jatuh bergulingan, namun dia tidak terluka. Gadis itu seperti menendang sebuah bola karet saja yang terisi angin! Semua gerakan kedua orang tadi amat cepat tak dapat diikuti oleh pandangan mata orang biasa, dan mereka pun bergerak hanya mengandalkan kecepatan yang melebihi perhitungan pikiran.

Gerakan yang sudah mendarah daging dan semuanya serba otomatis, baik menyerang, menangkis atau mengelak. Kepekaan syaraf yang memegang peran. Gerakan reflex yang merupakan reaksi daripada semua otot dan syaraf di dalam tubuh dan seringkali di luar kecepatan perhitungan pikiran.

“Heh-heh-heh!" Hay Hay bangkit dan mengebut-ngebut pakaiannya yang terkena debu. "Terima kasih, tendanganmu lumayan, lunak membuat pegal-pegal di pinggangku lenyap seketika."

Hay Hay hanya bergurau, akan tetapi Bi Lian menjadi semakin marah karena ia menganggap pemuda itu mengejeknya.

"Singgg….. !"

Tiba-tiba tangan gadis itu sudah memegang sebatang pedang! Hay Hay terkejut. Gadis itu tidak kelihatan membawa pedang, akan tetapi kini tahu-tahu memegang sebatang pedang yang berkilauan saking tajamnya, seperti main sulap saja. Dia dapat menduga bahwa tentu pedang di tangan gadis itu sebatang pedang tipis yang dapat digulung, terbuat dari baja yang amat baik dan pedang seperti itu amat berbahaya dan tajam.

"Aihhh, nanti dulu, Nona Cu Bi Lian. Kenapa engkau mengeluarkan senjata? Apakah untuk urusan kecil ini saja engkau benar-benar bermaksud untuk membunuh aku? Kita baru saja berkenalan, tidak ada hal-hal yang pantas dijadikan alasan bagimu untuk membunuhku."

"Tak perlu banyak cakap lagi. Keluarkan senjatamu dan mari kita lanjutkan perkelahian ini. Kita berdua bukan anak-anak kecil lagi, sama-sama memiliki ilmu silat, dan mari kita bertanding untuk menentukan siapa yang lebih unggul!" kata Bi Lian, masih merasa penasaran sekali karena dalam perkelahian tadi, biarpun ia belum kalah, namun jauh untuk dapat dibilang ia menang.

Dan sikap pemuda itu yang agaknya memandang ringan dan mengejeknya, sungguh membuat hatinya panas sekali. Tendangan tadi dikatakan lunak dan hanya dapat mengusir pegal-pegal!

Sebetulnya Hay Hay masih ingin untuk menguji kehebatan gadis itu bermain pedang. Namun, melihat betapa sepasang mata yang indah itu mencorong penuh dengan kemarahan, dia tahu bahwa dia tidak boleh mendesak terlalu jauh, karena salah-salah hal ini hanya akan menumbuhkan kebencian dalam hati gadis itu terhadap dirinya. Dan dibenci oleh gadis sejelita itu, wah, dia merasa keberatan sekali.

"Nona yang baik ……"

"Sudah, tak perlu lagi merayu. Aku bukan Nona yang baik!" Bi Lian memotong.

Hay Hay mengembangkan kedua lengan, mengangkat pundak.
"Habis, apakah aku harus menyebut Nona yang jelek! Padahal engkau sama sekali tidak jelek, sama sekali tidak jahat. Nona yang baik, apakah engkau tidak merasa malu untuk menjilat ludah sendiri yang sudah dikeluarkan?"

Bi Lian mengerutkan alisnya.
"Apa? Jangan bicara yang bukan-bukan engkau!"

"Nona tadi sudah mengatakan bahwa kalau aku dapat memberi keterangan tentang dua pasang suami isteri, maka Nona tidak akan mengajakku bertanding lagi. Dan aku sudah memberi keterangan bahwa aku mengenal mereka. Kenapa Nona hendak mengingkari janji sendiri? Bukankah itu berarti menjilat kembali ludah sendiri yang sudah dikeluarkan?"

"Tidak ada yang menjilat ludah, tidak ada yang melanggar janji! Engkau hanya mengatakan kenal saja, akan tetapi tidak tahu mereka tinggal di mana. Keterangan macam apa itu? Tidak ada harganya sekeping pun!"

Hay Hay mengangguk-angguk.
"Kalau aku mengetahui di mana biasanya mereka itu tinggal, apakah Nona sudah menganggap lunas perhitungan antara kita dan tidak akan memaksaku bertanding lagi?"

Timbul harapan di hati Bi Lian. Memang ia ingin sekali menghajar laki-laki yang membuatnya jengkel itu. Akan tetapi kini ia pun sudah tahu bahwa Hay Hay lihai sekali, agaknya tidak akan mudah baginya untuk dapat menangkan pemuda itu. Ia tidak takut menghadapinya, bahkan merasa penasaran dan ingin sekali mengalahkannya, akan tetapi ia lebih membutuhkan keterangan tentang dua pasang suami isteri yang menjadi musuh besarnya itu.

Sudah lama sekali ia mencari tanpa hasil dan kini ia bertemu dengan orang yang mengenal mereka dan tahu di mana biasanya mereka tinggal. Kalau ia hanya menurutkan kemarahan hatinya dan kehilangan kesempatan baik ini untuk mengetahui tempat tinggal musuh-musuhnya, sungguh ia rugi sekali.

"Baik, kuberi kesempatan sekali lagi. Katakan di mana mereka berada dan aku akan segera pergi meninggalkanmu, tidak rnemaksamu untuk bertanding." katanya, akan tetapi ia masih memegang pedangnya. "Kalau engkau merayu dan membohong sekali lagi, pedangku tentu akan memenggal batang lehermu!"

Hay Hay memanjangkan lehernya dan menggunakan kedua tangan mengulur lehernya sambil menjulurkan lidah, kelihatan merasa ngeri.

"Wah, kalau sampai putus, bagaimana menyambungnya kembali? Nah, dengarlah baik-baik, Nona. Lam-hai Siang-mo adalah suami isteri yang bernama Siangkoan Leng dan Ma Kim Li. Mereka dulu tinggal di kota Nan-king sebagai pedagang obat. Mungkin Nona dapat mencari mereka di Nan-king atau di daerah pantai selatan, karena sesuai dengan julukan mereka, tentu suka berkeliaran di pantai laut selatan. Ada pun suami isteri Guha Iblis Pantai Selatan, bernama Kwee Siong dan isterinya Tong Ci Ki. Mereka pun merupakan tokoh-tokoh pantai selatan, tentu tidak akan sukar menemukan dua pasang suami isteri itu."

Girang rasa nati Bi Lian mendengar keterangan ini. Biarpun belum ada kepastian di mana tempat tinggal dua pasang suami isteri itu, setidaknya ia telah memperoleh pegangan dan dapat mencari jejak mereka.

"Keteranganmu cukup dan hari ini kau kubebaskan. Akan tetapi kalau sampai keteranganmu ini bohong, lain hari aku akan mencarimu dan akan membuat perhitungan sampai lunas!"

Setelah berkata demikian, gadis itu meloncat dan berlari dengan cepat sekali sehingga sebentar saja lenyap dari pandang mata Hay Hay.

“Uhhhhh …….!"

Hay Hay menarik napas lega. Seorang gadis yang bukan main! Dia merasa semakin kagum. Cu Bi Lian itu bukan saja cantik jelita dan manis, akan tetapi juga memiliki ilmu kepandaian yang tinggi sekali. Sayang, ilmu silatnya memiliki sifat yang ganas, liar dan kejam, banyak gerakan-gerakan yang curang dan hanya dimiliki oleh orang-orang dari golongan sesat. Sayang dia tidak dapat mengetahui keadaan gadis itu lebih banyak, murid siapa, anak siapa dan dari golongan mana.

Biarpun melihat wataknya yang ganas dan keras, juga ilmu silatnya menunjukkan bahwa gadis itu agaknya mempelajari ilmu silat tinggi dari kaum sesat, namun kenyataan bahwa gadis itu memusuhi dua pasang suami isteri iblis, melegakan hati Hay Hay. Memusuhi golongan sesat hanya berarti bahwa gadis itu sendiri bukan dari golongan sesat! Mudah-mudahan demikian, pikirnya sambil menarik napas panjang, teringat akan keganasan gadis itu yang hendak membunuhnya!

**** 049 ****
Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar