*

*

Ads

Jumat, 20 April 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 048

Bi Lian yang sudah siap mengirim serangan susulan, mengerutkan alisnya dan matanya mengeluarkan sinar berapi.

"Apa? Kau bilang aku berbohong kepadamu? Untuk tuduhan itu saja engkau harus membayar nyawa!"

"Hutang lagi! Wah, engkau berbakat menjadi tukang kredit, Nona."

"Apa tukang kredit?"

"Itu, orang yang melepas uang dengan bunga, hutang-pihutang! Aku mengatakan bohong tentang namamu. Kau pernah mengaku bahwa engkau Dewi, sekarang engkau mengaku bernama Cu Bi Lian, nama seorang gadis, seorang manusia biasa. Nah, mana yang benar?"

Hay Hay memang sengaja Cari-Cari urusan saja sebagai bahan untuk dibicarakan agar nona itu tidak menyerangnya. Dia khawatir juga melihat betapa serangan nona itu semakin lama semakin ganas dan berbahaya.

"Siapa berbohong! Namaku memang Cu Bi Lian dan julukanku Thiat-sim Sian-li ! "

"Dewi Berhati Besi? Wah-wah-wah, ini namanya langit bertemu bumi!"

"Apa lagi itu? Mana mungkin langit bertemu bumi!"

Hay Hay tersenyum, senang telah dapat memancing nona itu bercakap-cakap.
"Memang tidak mungkin, sama tidak mungkinnya dengan julukanmu, Nona. Dengar baik-baik, seorang Sian-li (Dewi) sudah pasti mempunyai hati yang lembut, penuh belas kasihan, penuh cinta kasih terhadap sesamanya. Sebaliknya, yang pantas memiliki hati besi hanyalah iblis-iblis dan setan-setan, yang kejam, ganas dan suka membunuh orang tanpa salah. Dewi-dewi biasanya berwajah cantik-cantik, lemah lembut dan bijaksana, sedangkan iblis dan setan bertampang buruk, berwatak kasar dan keras. Nah, jelas bahwa tidak mungkin ada dewi berhati besi, bukan?"

“Peduli apa kau dengan keadaanku? Aku boleh berhati besi, berhati baja, berhati batu, atau berhati apa saja, sesukaku. Tidak ada sangkut-pautnya dengan engkau!"

"Memang, seribu prosen hakmu sendiri untuk memakai hati dari apa, Cu-lihiap (Pendekar Wanita Cu). Nah, pantas sekali sebutan Cu-lihiap untukmu, bukan? Memang engkau jauh lebih pantas menjadi seorang pendekar wanita daripada…..”

"Daripada apa?”

Cepat Bi Lian mendesak karena Hay Hay berhenti bicara. Pemuda ini kembali mengelak, berjaga-jaga agar jangan sampai menyinggung hati gadis itu dengan celaan.

"Engkau adalah seorang pendekar wanita. Nah, menjadi pendekar wanita lebih baik daripada jika seandainya engkau menjadi tokoh sesat yang jahat sekali, bukan?"

Kini Bi Lian agaknya sadar bahwa sejak tadi ia tidak diberi kesempatan untuk menyerang, bahkan terseret ke dalam serangkaian percakapan dengan pemuda ini! Marahlah gadis ini dan ia membentak.

"Cukup sudah! Cerewet benar kau! Bersiaplah karena aku segera akan menyerangmu untuk menyelesaikan perhitungan!"

Hay Hay merasa kecewa bahwa dia tidak berhasil melembutkan hati yang keras itu. Pantas julukannya Dewi Berhati Besi, pikirnya. Akan tetapi dia masih mencoba juga.

"Nanti dulu, Lihiap. Apakah aku tidak dapat membayar lunas... eh, siapa yang berhutang tadi? Engkau atau aku? Tidak peduli siapa yang berhutang dan siapa yang membayar, apakah tidak ada cara lain untuk melunasi hutang? Apakah aku sudah begini tidak berguna sehingga engkau hendak membunuhku? Ingat baik-baik, Nona cantik dan gagah perkasa. Mungkin orang macam aku ini masih ada juga gunanya selain untuk dijadikan pembayar hutang dan dibunuh."

Tentu saja Hay Hay mengeluarkan kata-kata ini hanya sekedar memperpanjang waktu dan mengalihkan perhatian gadis itu dari kehendaknya yang ingin menyerangnya maka tentu saja dia tidak mengharapkan tanggapan yang serius. Bahkan ucapannya itu seperti kelakar saja. Maka tentu saja terheran-heran ketika gadis itu menanggapinya dengan serius!






Sepasang mata itu memandang penuh selidik. Dan kini suaranya tidak seketus tadi, melainkan penuh harap.

"Kalau engkau dapat membantuku dengan keterangan yang berguna, mungkin aku akan menganggap lunas perhitungan antara kita tanpa mengajakmu bertanding."

Wajah Hay Hay yang tadinya terkejut dan heran itu berubah girang sekali. Dengan senyum ramah dia cepat bertanya.

"Keterangan apakah itu, Lihiap? Tentu aku akan suka sekali membantumu kalau memang aku dapat."

"Aku mencari dua pasang suami isteri, mudah-mudahan engkau mengenal mereka dan tahu di mana mereka berada."

"Siapakah mereka, Nona?"

"Mereka adalah Lam-hai Siang-mo dan suami isteri Guha Iblis Pantai Selatan."

Tentu saja Hay Hay merasa terkejut bukan main dan biarpun dia memiliki batin yang cukup kuat dan tidak mudah terkejut, sekali ini kekagetan itu nampak pada pandang matanya yang melebar.

"Kau kenal mereka? Di mana mereka? Aku mencari-cari mereka!"

Tentu saja Hay Hay mengenal dua pasang suami isteri itu! Lam-hai Siang-mo adalah Siangkoan Leng dan Ma Kim yang pernah dipanggilnya ayah dan ibu selama bertahun-tahun, sejak dia masih bayi! Dan suami isteri Guha Iblis Pantai Selatan adalah suami isteri yang hendak merampasnya dari tangan orang-orang yang tadinya dianggap sebagai ayah ibunya itu.

"Kenapa engkau mencari dua pasang suami isteri itu?"

"Aku hendak membunuh mereka!"

Kembali Hay Hay terkejut, akan tetapi diam-diam hatinya girang juga. Jawaban gadis itu menunjukkan bahwa ia bermusuhan dengan dua pasang suami isteri yang terkenal amat kejam dan jahat itu. Dan hal ini berarti bahwa gadis ini ternyata bukan dari golongan sesat!

"Nona Cu Bi Lian yang baik, mengapa engkau hendak membunuh dua pasang suami isteri itu?t'

"Cerewet benar kau!" Gadis itu membentak dengan mata melotot. "Katakan saja, engkau mengenal mereka atau tidak? Tak perlu engkau mencampuri urusanku dan jangan kau membohong!"

Hay Hay mengangguk.
"Aku kenal mereka, mengenal dengan baik sekali." katanya terus terang dengan sikap tenang.

Mendengar ini, Bi Lian menjadi girang sekali dan wajahnya nampak berseri, membuat Hay Hay bengong saking kagum dan melihat wajah yang demikian cantik dan manisnya.

"Wah, bukan main...!"

Dia mengeluarkan pujian tanpa disadarinya lagi, matanya menatap wajah yang berseri itu penuh kagum. Bagaimana dia tidak akan kagum melihat betapa kedua pipi itu, tepat di bagian tulang menonjol di bawah kedua mata kini nampak kemerahan, mata itu bersinar-sinar bening, mulut yang bibirnya merah membasah itu tersenyum simpul.

"Apanya yang bukan main?"

Bi Lian membentak, mengerutkan alisnya karena pandang mata pemuda itu demikian tajam dan ia pun mengenal bayangan kagum mata laki-laki seperti yang sering ia lihat kalau ia bertemu dengan kaum pria.

"Wajahmu itu, hemmm... cantik bukan main, Nona." kata pula Hay Hay terus terang.

Sepasang mata itu terbelalak. Bermacam perasaan mengaduk di hati Bi Lian. Girang, bangga, akan tetapi juga marah dan kemarahanlah yang paling besar. Harus ia akui bahwa banyak ia menerima pujian kaum pria, baik melalui pandang mata atau pun melalui kata-kata, akan tetapi selalu laki-laki yang memujinya itu mempunyai pandang mata yang kurang ajar dan penuh nafsu, dan pujiannya merupakan rayuan.

Akan tetapi, pemuda ini, yang dalam pertemuan pertama sudah memujinya, memandang dengan kekaguman yang terbuka, yang tidak menyembunyikan pandang mata kurang ajar, dan yang begitu terus terang dan jujur sehingga membuat dia tersipu.

"Simpan rayuanmu, manusia mata keranjang. Atau, sekali lagi aku akan menampar mukamu. Jangan pringas-pringis seperti monyet! Hayo katakan, di mana mereka?"

Hay Hay masih terpesona. Perubahan wajah gadis itu, dari keadaan berseri girang menjadi marah-marah, bahkan menambah kemanisannya. Bentakan itu membuat dia sadar dan dia pun menjawab bingung,

"Mereka siapa?"

"Keparat, jangan kau mempermainkan aku!" Bi Lian membentak, tangannya membuat gerakan seperti hendak menampar. "Tentu saja dua pasang suami isteri itu! Sudah lama aku mencari mereka. Di mana mereka?"

Hay Hay menggeleng kepalanya,
"Aku tidak tahu."

"Bohong!" Bi Lian membentak, kecewa dan marah sekali. "Engkau pembohong besar!"

Hay Hay kini mengerutkan alisnya dan memandang tajam. Sukar baginya untuk marah kepada seorang gadis secantik ini, akan tetapi sudah dua kali dalam waktu sehari saja dia dimaki sebagai pembohong oleh gadis ini. Pertama ketika dia menyangkal tuduhan pemerkosa dan pembunuh malam tadi, gadis itu pun memakinya pembohong sehingga dia dikeroyok banyak orang. Dan sekarang dia dimaki pembohong lagi, untuk kedua kalinya.

"Nona Cu Bi Lian, engkau sungguh keterlaluan memandang rendah dan memaki orang. Kalau sikapmu seperti itu, andaikata aku tahu juga di mana adanya dua pasang suami isteri itu, agaknya aku akan merasa enggan untuk memberi tahu kepadamu."

"Hemm, kaukira aku tidak akan dapat memaksamu rnembuka mulut kalau engkau tahu di mana mereka berada?"

Panas juga rasa perut Hay Hay mendengar kecongkakan gadis itu. Dia tahu bahwa gadis itu lihai, akan tetapi bukan karena takut kalau dia selalu bersikap mengalah, melainkan berat rasa hatinya kalau harus bermusuhan dengan wanita cantik. Jauh lebih baik, lebih enak dan menyenangkan untuk bersahabat dengan mereka daripada memusuhi mereka!

Akan tetapi sikap Bi Lian yang terlalu memandang rendah, membuat dia merasa mendongkol juga. Selain itu, di tempat yang sunyi ini, di mana tidak terdapat orang lain yang menjadi saksi, apa salahnya kalau dia menguji kemampuan gadis ini? Dia ingin sekali tahu sampai di mana kehebatan gadis bernama Cu Bi Lian ini sehingga ia bersikap demikian angkuh.

“Aha, aku juga ingin sekali melihat bagaimana engkau akan dapat memaksaku."

"Dengan ini!"

Dan Bi Lian sudah menerjang dengan pukulan yang amat hebat, kedua telapak tangannya mengeluarkan uap yang panas dan gerakannya cepat bukan main sampai sukar diikuti pandang mata, tahu-tahu tangan kanannya sudah mencengkeram ke arah muka Hay Hay sedangkan tangan kiri dengan jari terbuka telah menotok ke arah ulu hati. Sungguh merupakan serangan dahsyat yang amat kejam dan ganas sekali!

“Eiiihhh ……!”

Hay Hay cepat meloncat ke belakang, mengelak dengan cepat sambil siap untuk melindungi tubuhnya. Dan memang hal ini penting sekali karena lengan tangan kiri yang menotok ulu hati itu ternyata dapat mengejarnya, mulur sampai panjang dan terus saja melanjutkan totokannya dengan cepat bukan main.

"Dukkk!"

Terpaksa Hay Hay menangkis dengan mengerahkan tenaganya sehingga tangan kiri yang menotoknya itu terpental.

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar