*

*

Ads

Rabu, 22 Agustus 2018

Ang Hong Cu Jilid 157

"Jangan……. ! Kalian tidak boleh membunuhnya!" katanya sambil mengembangkan kedua lengannya melindungi Ang-hong-cu yang biarpun masih meringis kesakitan, akan tetapi kini dia mengangkat muka memandang dan wajah yang kesakitan itu berseri gembira!

"Hay-koko, aku harus membunuhnya untuk membalaskan sakit hati ibuku!" kata Mayang yang sudah siap dengan cambuknya.

"Hay Hay, ingatlah engkau kepada adikku Pek Eng!" kata Han Siong.

"Dan ingat kepada Cia Ling. Aku harus membunuhnya!" kata Kui hong.

"Hay-ko, orang ini terlalu jahat, kejam seperti iblis. Sudah sepatutnya kita bunuh dia!" kata pula Bi Lian.

Hay Hay menggeleng kepalanya dengan tegas.
"Tidak, siapapun tidak boleh membunuhnya. Aku sudah berjanji untuk menangkapnya dan menyeret dia ke pengadilan agar dia mempertanggung jawabkan semua dosanya. Aku menangkapnya untuk menentang kejahatannya. Sekarang dia sudah tertangkap, dalam keadaan tidak berdaya sama sekali, kalau ada yang hendak membunuhnya, terpaksa aku akan melindunginya. Bagaimanapun, dia ini.... ayah kandungku!"

“Bagus! Engkau seorang laki-laki sejati, Hay-ko!"

Kui Hong berseru dengan wajah gembira sekali dan iapun kini melangkah maju, berdiri disamping Hay Hay, sikapnya menantang.

"Hay-ko benar! Aku akan membantu dia melindungi Si Kumbang Merah kalau ada yang hendak membunuhnya!"

Bi Lian dan Han siong mengerutkan alisnya, dan Mayang memandang bingung. Tiba-tiba mereka semua memandang kepada Ang-hong-cu yang tertawa bergelak sambil duduk bersila,

“Ha-ha-ha-ha-ha! semua anak-anakku yang tidak mampu mengalahkan aku ingin membunuhku. sebaliknya, Tang Hay, satu-satunya anakku yang mampu mengalahkan aku bahkan hendak melindungiku dan tidak mau membunuhku. Ha-ha-ha-ha, engkau memang hebat, Tang Hay. Engkau lebih hebat dari ayahmu. sayang sekali engkau lemah dan tidak dapat menikmati hidupmu. Engkau mata keranjang akan tetapi hanya lahirnya saja. Engkau tidak sepenuhnya mewarisi watakku. Akan tetapi aku cukup puas. Aku kalah oleh anakku sendiri. Tang Hay, apa yang akan kau lakukan sekarang terhadap diriku?"

Hay Hay rnernandang dengan alis berkerut.
"Aku akan rnenyerahkanmu kepada Menteri Cang. Beliau seorang pembesar yang adil dan bijaksana, tentu akan memberi hukuman yang adil. Nah itu, beliau datang…….. "

Memang pada saat itu terdengar suara gaduh dan muncullah Cang Taijin bersama puluhan orang perajurit pengawal. Mereka berhasil menemukan terowongan bawah tanah dan sampai di tempat itu.

"Ha-ha-ha, tidak ada seorangpun di dunia ini yang berhak membunuhku!"






Ang-hong-cu berseru sambil tertawa bergelak. Semua orang memandang dan Hay Hay cepat menangkap lengan Ang-hong-cu, akan tetapi terlambat. Orang itu sudah menelan sebutir pel hitam dan tiba-tiba saja dia terkulai roboh. Wajahnya berubah rnenghitam, namun dia masih tertawa terkekeh-kekeh. Suara ketawa itu berhenti dan Si Kumbang Merah terkulai lemas, tewas dengan mata terbelalak dan mulut masih terbuka seperti orang tertawa.

Hay Hay menjatuhkan diri berlutut di dekat mayat ayahnya dan dia memejamkan mata, seperti orang berdoa. Bagaimanapun juga pria ini adalah ayah kandungnya!

Tak lama kemudian, Hay Hay bangkit dan memondong mayat ayahnya, mencari tempat yang baik di bukit itu, lalu menggali lubang kuburan. Tanpa banyak cakap lagi Pek Han Siong membantunya, bahkan Mayang dapat pula menangisi mayat ayah kandungnya yang pernah dirindukannya itu. Yang terbujur itu adalah sesosok mayat, alat yang di waktu hidupnya dijadikan perebutan antara daya-daya rendah yang menguasai seluruh anggauta badan.

Tubuh yang semestinya menjadi alat bagi kehidupan jiwa yang mendiaminya, akhirnya menjadi budak nafsu. Bahkan pikiran yang menjadi kusir pemegang kendali juga telah dikuasai kuda-kuda nafsu. Badan bagaikan kereta. Baik kereta badan, kuda-kuda nafsu, kusir dan kendalinya, semua semestinya menjadi hamba dan alat yang melayani jiwa.

Tanpa adanya kuda-kuda nafsu, maka kereta badan takkan dapat bergerak maju. Tanpa adanya kusir pikiran dan kendalinya, segalanya akan kacau dan rusak arahnya. Akan tetapi kalau kuda-kuda nafsu itu tidak terkendali lagi, dan menjadi liar, maka nafsu akan kabur sesukanya dan kalau sampai terjerumus ke dalam jurang, segalanya ikut menderita. Bukan hanya keretanya, juga penghuni kereta, Sang Jiwa.

Sebaliknya, kalau jiwa yang menjadi majikannya, dan semua alat itu hanya menjadi hambanya, barulah jiwa itu dapat menjadi seorang manusia yang seutuhnya. Hanya kalau jiwa ini dapat bersatu dengan sumbernya, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Yang Maha Kasih, maka jiwa akan mendapatkan kembali kekuasaannya atas semua hambanya, yaitu jasmani.

Setelah jenazah Ang-hong-cu Tang Bun An atau Si Kumbang Merah dimakamkan, juga jenazah Tang Gun dan Tang Cun Sek yang dikubur di sebelah kiri Ang-hong-cu. Hay Hay menyembahyangi kuburan mereka secara sederhana, bersama Mayang.

Menteri Cang Ku Ceng menyatakan penghargaan dan terima kasihnya kepada para pendekar yang untuk kedua kalinya membantu pemerintah membasmi gerombolan yang dianggap berbahaya. Namun seperti biasa, Hay Hay dan para pendekar lainnya tidak bersedia menerima anugerah jabatan, bahkan menolak pemberian hadiah berupa harta kekayaan. Hal ini membuat Menteri Cang menjadi semakin kagum dan hormat kepada mereka.

**** 157 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar