*

*

Ads

Rabu, 27 Juni 2018

Ang Hong Cu Jilid 012

Secara kebetulan, dia bertemu dengan Tang Hay dan terkesan sekali melihat pemuda ini. Gagah perkasa dan memiliki ilmu kepandaian tinggi, bahkan dia harus mengakui bahwa tingkat kepandaiannya sendiri masih belum mampu menandingi kelihaian pemuda itu! Dan dia merasa yakin bahwa Tang Hay adalah putera kandungnya, entah dari ibu yang mana! Dan dia melihat betapaTang Hay juga memiliki watak yang sama dengan dia, yaitu mata keranjang!

Hanya bedanya, kalau dia setiap kali tertarik seorang wanita, langsung dia lalu melaksanakan hasrat hatinya dan menggoda wanita itu sampai dapat olehnya, baik dengan cara halus maupun kasar, sebaliknya pemuda itu hanya merayu dengan kata-kata saja dan tidak pernah melanjutkan. Bahkan kalau si wanita nampaknya sudah tertarik dan jatuh cinta, pemuda itu selalu mengelak dan tidak pernah mau menggaulinya!

Hal ini membuat hati Si Kumbang Merah menjadi kecewa dan penasaran sekali. Masa puteranya penakut seperti itu? Sungguh tidak jantan menurut anggapannya! Apakah puteranya yang diam-diam dibanggakannya karena memiliki ilmu silat yang amat tinggi itu ternyata seorang pengecut dan penakut? Ataukah mempunyai kelainan sehingga tidak mampu menggauli wanita?.

Dia melihat betapa dua orang gadis pendekar yang amat cantik dan juga perkasa, diam-diam jatuh cinta kepada Tang Hay. Akan tetapi biarpun selalu bersikap manis bahkan mengeluarkan kata-kata yang merayu dan pandai menjatuhkan hati setiap orang wanita, agaknya menganggap pergaulan mereka itu sebagai sahabat biasa saja dan tidak mau melangkah yang jauh.

Ketika dia menduga bahwa Tang Hay di kekang oleh perasaan tata susila, hati si kumbang merah seperti tertusuk dan nyeri rasanya! Mereka yang menasihatkan agar pria selalu menghormati wanita, memperlakukanya dengan sopan, agaknya belum tahu betapa jahatnya hati perempuan, demikian pikirnya.

Rasa kecewa dan penasaran ini membuat Ang-hong-Cu bertindak lebih jauh lagi. Dia sengaja memperkosa dua orang pendekar wanita itu, dan sengaja melakukanya ditempat gelap dan dia meninggalkan penyamaranya sehingga wajahnya halus dan kedua orang gadis pendekar itu menduga bahwa pelaku pemerkosaan itu adalah Tang Hay! Biar tau rasa, pikirnya. Harus kuajar dan kuberi contoh puteraku yang tolol itu!

Tentu saja terjadi geger. Dua orang pendekar wanita itu bukanlah orang-orang sembarangan. Yang seorang bernama Pek Eng, berusia tujuh belas tahun dan ia adalah puteri dari ketua Pek-sim-pang perkumpulan yang amat terkenal. Bahkan kakak dari gadis bernama Pek Eng itu adalah seorang pendekar yang amat sakti pula, bernama Pek Han Siong dan diwaktu kecilnya amat terkenal dengan sebutan Sin Tong (anak ajaib) yang dijadikan rebutan oleh para tokok Kang-ouw!

Adapun gadis kedua yang di perkosa Ang-hong-cu adalah seorang pendekar wanita berusia tujuh belas tahun lebih bernama Cia Ling. Dan pendekar wanita yang kedua ini adalah cucu buyut pendekar Lembah Naga, juga masih keluarga dari Cin-ling-pai!

Ketika menyadari bahwa perbuatanya itu akan merupakan ancaman maut bagi Tang Hay, diam-diam Ang-hong-cu merasa menyesal, semua pendekar sakti memusuhi Tang Hay yang disangka pelaku pemerkosaan itu dan betapapun lihainya pemuda itu, mana mungkin kuat menghadapi para pendekar yang sakti itu? maka diapun lalu sengaja meninggalkan tanda hiasan kumbang merah dari emas, sebagai tanda bahwa pemerkosa kedua orang pendekar itu adalah Ang-hong-cu, bukan Tang Hay.

Akan tetapi,setelah melakukan pengakuan ini,dia sendiri harus cepat-cepat melarikan diri! kalau dia tidak lari,dan dia tertangkap sebagai penyamaran Ang-hong-cu, dia bisa mati konyol!






Demikianlah renungan yang bermain di dalam otak Ang-hong-cu Si kumbang merah itu! berkali-kali dia menarik napas panjang, tersenyum-senyum, menghela napas lagi. Putreanya itu memang hebat. Hanya sayang, tidak cukup jantan sehingga tidak berani melanjutkan perbuatanya yang sudah dimulai dengan baik sekali itu. Agaknya,kalau puteranya itu mau mewarisi kebiasaanya,Tang Hay tidak perlu banyak melakukan pemerkosaan, karena sebagian besar wanita, mungkin semua, akan bertekuk lutut dan takluk hanya oleh rayuan mautnya!

“Huh, engkau lihai akan tetapi tolol! Memalukan aku yang menjadi ayah!”

Akhirnya dia menyumpah-nyumpah dan bangkit berdiri. Wajahnya sudah cerah kembali karena semua kenangan tadi telah di usirnya. Dia harus mengakui bahwa semua petualangan itu akhirnya membosankanya. Semua wanita itu, yang merengek minta disayang, atau merengek karena di perkosanya, akhirnya sama saja baginya mendatangkan kemuakan saja!

Kalau dulu dia merasakan kenikmatan dan kesenangan yang besar, bukan hanya kesenangan menikmati tubuh para wanita itu, akan tetapi juga menikmati perasaan balas dendam terhadap permpuan pada umumnya, kini dia tidak lagi merasakan kenikmatan dan kesenangan itu. Dia bahkan muak! Kadang-kadang dia merasa seperti binatang jantan yang memaksakan kehendaknya terhadap binatang betina, terjadi pemaksaan untuk pelampiasan nafsu.

“Aku sudah tua sekarang,” pikirnya menghitung-hitung usianya. ”kalau kulanjutkan petualanganku seperti yang sudah, apa akan jadinya dengan hari akhirku?”

Dia melihat masa depanya suram. Sudah cukup dia membalas sakit hatinya kepada permpuan, dan kini sisa hidupnya harus diisi dengan perbuatan yang berguna, misalnya, mencari kedudukan agar kelak meninggalkan nama besar! Bukankah mendiang ayahnya juga bukan orang sembarangan, melainkan seorang bangsawan tinggi? Tentang ibunya……..ah, dia tidak perlu mengenang ibunya lagi.

Semua permpuan memang tidak baik! Ang-hong-cu mengepal tinju. Aku kini akan menjadi seorang yang berjasa terhadap kerajaan, agar aku mendapatkan kedudukan yang mulia. Dengan demikian, hari tuaku akan terjamin, sebagai seorang terhormat dan mulia, bukan sebagai seorang Jai-hwa-cat yang dikutuk semua orang!

Dengan pikiran ini wajahnya menjadi cerah sekali dan kini dia melangkahkan kakinya dengan tegap menuruni bukit. Tujuanya adalah kota raja, darimana dia berasal! Dan kini dia tidak perlu lagi menyamar. Dialah Tang Bun An, seorang yang terhormat! Tidak ada hubunganya dengan Ang-hong-cu lagi.

“Kumbang merah, maafkan saja, untuk sementara ini atau mungkin selamanya, namamu akan kupendam. Kumbang Merah telah lenyap dan muncullah riwayat baru, ha-ha-ha!” kalu ada kebetulan melihatnya, tentu menganggap bahwa yang sedang melangkah dengan tegap itu adalah seorang pria setengah tua yang tampan berwibawa, berwajah simpatik, ramah dengan mulut selalu tersenyum, sepasang matanya bersinar-sinar, pakaianya seperti seorang sasterawan, rapi dan bersih, seorang yang penampilanya mengesankan dan mendatangkan rasa suka kedalam hati orang lain.

**** 012 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar