*

*

Ads

Selasa, 26 Juni 2018

Ang Hong Cu Jilid 010

Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya itu, terutama sekali penyelewengan ibunya, kemudian isterinya yang amat melukai hatinya, masih belum membuat Tang Bun An menjadi seorang jai-hwa-cat.

Biarpun dia mengalami guncangan batin kepahitan yang dapat membuat hatinya mendendam, namun dia masih menganggap bahwa mungkin hanya kebetulan saja terjadi kepadanya, karena nasibnya yang sial sehingga dia dilahirkan oleh seorang wanita jahanam, dan berjodoh dengan wanita jahanam lain pula.

Dia meninggalkan dusunnya dan mulailah Bun An merantau. Dia telah menyelidiki siapa adanya pria setengah tua yang menggauli isterinya itu, dan ketika dia mendengar bahwa pria itu adalah lurah kaya dari dusun isterinya, dia cepat pergi ke dusun itu dan dengan menggunakan kepandaiannya yang tinggi, dia memasuki rumah Lurah Lai, dan mencuri harta lurah itu yang cukup banyak. Dengan harta curian inilah Bun An hidup merantau ke kota-kota dan dusun-dusun tanpa tujuan tertentu.

Pada suatu hari, tibalah Bun An di sebuah kota. Karena perutnya terasa lapar, diapun memasuki sebuah rumah makan memesan makanan itu, dia melihat seorang wanita muda yang amat manis berada di dalam kantor rumah makan itu dan melihat sikap wanita muda berusia kurang lebih duapuluh lima tahun itu, diapun dapat menduga bahwa wanita cantik itu tentulah majikan rumah makan itu.

Tanpa disengaja wanita yang tadinya sedang menghitung uang itu mengangkat muka. Pandang mata mereka bertemu dan hati Bun An tertarik. Wanita itu memiliki mata yang indah sekali, dan mulut itupun tersenyum simpul. Mulut yang merah basah dan segar menantang! Diapun makan sambil mencurahkan perhantian ke kantor itu, biarpun matanya tidak memandang secara langsung.

Dugaannya benar. Dia mendengar wanita itu bicara dengan seorang laki-laki berperut gendut yang menjadi majikan rumah makan, sebagai suaminya. Ketika dia melirik dan memperhatikan, laki-laki yang menjadi suaminya itu sedang menyerahkan uang sekantung kepada isterinya yang manis, dan laki-laki ini menurut pandangan Bun An, sama sekali tidak serasi sebagai suami wanita yang demikian manis dan memiliki daya tarik yang amat kuatnya.

Laki-laki itu berusia kurang lebih tiga puluh tahun, wajahnya dan tubuhnya seperti bola, serba bulat! Perutnya gendut sekali dan muka yang bulat itu seperti muka kanak-kanak, dan melihat bicara dengan isterinya, pria itu amat mencintainya.

Sambil makan, Bun An merasa iri hati mendengar suara perempuan ini, agaknya ia mencintai suaminya, juga dicintai sehingga dalam suaranya terdengar kemanjaan dan kemesraan. Betapa bahagia suami yang mempunyai seorang isteri seperti ini! Agaknya selain pandai membantu pekerjaan suami, juga amat mencinta suami dan wanita ini tentu setia kepada suaminya!

Tidak seperti isterinya, tidak pula seperti ibunya. Setelah dia membayar harga makanan dan keluar dari rumah makan itu, hatinya tak pernah dapat melupakan wanita pemilik rumah makan tadi. Seorang wanita hebat! Seorang isteri pilihan! Kalau hidup didampingi seorang isteri seperti itu, alangkah bahagianya!

Malam itu, di dalam kamar rumah penginapan, Bun An tidak dapat tidur. Dia berbaring dengan gelisah karena wajah wanita pemilik rumah makan itu selalu terbayang di depan matanya! Akhirnya, diapun keluar dari kamarnya, bahkan lalu keluar dari rumah penginapan itu dan seperti orang mimpi saja, kakinya melangkah menuju ke arah rumah makan tadi!

Rumah makan itu, seperti toko-toko lain di jalan raya itu, telah ditutup dan keadaan di jalan itu sudah sunyi. Malam itu memang dingin sekali, membuat orang malas sekali untuk keluar rumah.

Bun An lalu mempergunakan ilmu meringankan tubuh untuk meloncat ke atas genteng dan bagaikan seekor kucing saja, dia berloncatan di atas genteng tanpa mengeluarkan suara berisik. Akhirnya, dia mendekam di atas sebuah kamar dan mengintai ke dalam kamar melalui genteng yang dibukanya. Kamar inilah yang dicarinya setelah dia tadi mencari-cari dan mengintai ke dalam rumah. Kamar dari suami gendut bersama isterinya yang manis.

Sedikitpun tidak ada niat dalam hati Bun An untuk datang mengganggu wanita manis itu, dia memang tertarik dan kagum sekali karena menganggap wanita itu seorang isteri yang dapat membahagiakan suami, dan dia hanya ingin tahu benarkah dugaannya itu.

Ketika dia mengintai ke dalam, dia melihat wanita yang dipikirkannya sejak siang tadi telah berada di atas pembaringan. Memang seorang wanita yang amat menarik sekali, pikirannya sambil memandang dengan jantung berdebar. Wanita itu mengenakan pakaian dalam yang tipis dan cukup menantang, tidur telentang dengan sikap yang memikat pula. Ia belum tidur, rebah telentang sambil bermain-main dengan mata kalungnya. Baju didadanya terbuka memperlihatkan bukit dada yang membusung. Suami itu tidak nampak.

Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki berat dan suami yang gendut itupun menggelinding masuk! Nampak dari atas, kaki pria itu tertutup oleh kepala dan perut yang bulat maka kelihatan memang seperti menggelinding saja dan Bun An tersenyum.






Pria itu memang lucu dan menggelikan, akan tetapi isterinya sungguh memikat. Seperti juga isterinya, pria itu mengenakan pakaian tidur yang longgar dan membuatnya nampak semakin lucu. Ketika sang suami memasuki kamar, isterinya menghentikan permainannya dengan mata kalung, lalu bangkit duduk dan tersenyum manis sekali.

“Lama benar sih, aku sudah menantimu sejak tadi…..,” kata sang isteri dengan suara manja dan sikap mesra sekali, bahkan wanita itu mengembangkan kedua lengannya seolah-olah memberi isyarat bahwa dia sudah siap untuk menerima pria gendut itu dalam pelukannya.

Akan tetapi, pria itu menghela napas panjang dan mengelus perutnya yang gendut,
“Aku menghabiskan sisa bakmi tadi, dan perutku kenyang sekali. Aaahh, tubuhku lelah, dan aku ngantuk sekali. Aku mau tidur saja, besok harus bangun pagi-pagi persediaan daging babi habis, besok harus mengatur penyembelihan babi….. auuuuuhhhhhh …….”

Pria itu menguap lalu menjatuhkan diri di atas pembaringan. Pembaringan itu bergoyang dan mengeluarkan suara menjerit seperti menerima tubuhnya yang gembrot. Akan tetapi, dia segera miringkan tubuh, membelakangi isterinya dan belum ada lima menit dia sudah tidur mendengkur seperti babi yang disembelih!

Isteri itu mengerutkan alisnya, masih duduk memandang suaminya, menggeleng-geleng kepala dan beberapa kali menghela napas panjang, nampaknya jengkel sekali. Setelah suami itu mendengkur dengan nyenyaknya, wanita yang manis itu perlahan-lahan turun dari atas pembaringan, memadamkan lilin di atas meja.

Bun An sudah siap untuk pergi, akan tetapi dia tertarik ketika melihat bayangan wanita itu berjingkat-jingkat menuju ke pintu kamar! Wanita itu setelah memadamkan api lilin, tidak kembali tidur di atas pembaringan, melainkan keluar dari kamar itu!

Dengan hati tertarik sekali, Bun An lalu melayang turun dari atas genteng, lalu menyelinap ke dalam rumah itu, lalu mengintai dari bawah, mengikuti bayangan wanita itu yang dengan hati-hati kini melangkah menuju kebelakang.

Didekat dapur terdapat sebuah kamar lain yang bentuknya kecil, dan nampak wanita itu dengan perlahan mengetuk pintu kamar ini. Tiga kali, berhenti, lalu tiga kali lagi, berhenti, lalu tiga kali lagi, berhenti, demikian berkali-kali sehingga Bun An dapat menduga bahwa ketukan itu adalah ketukan rahasia yang merupakan isyarat.

Daun pintu kamar itu terbuka dan sesosok tubuh pria yang tinggi besar nampak muncul. Biarpun cuaca tidak begitu terang, namun Bun An segera mengenal wajah orang itu sebagai wajah pelayan rumah makan yang siang tadi melayaninya! Agaknya, pelayan rumah makan itu selain bekerja di rumah makan, juga memperoleh pondokan disitu.

“Aih, masih sore begini engkau berani kesini…….?” Pria itu berbisik.

“Sssstt, dia sudah tidur mendengkur seperti babi!” kata si wanita yang segera menubruk pria itu.

Pria itu menyambut dengan pelukan, daun pintu itu ditutup kembali! Hampir saja Bun An tertawa bergelak melihat adegan ini! Tertawa karena dianggapnya lucu, dan betapa tololnya dia! Dikiranya wanita itu seorang isteri yang setia dan baik, yang membahagiakan suaminya! Ternyata, tiada bedanya seujung rambutpun dengan isterinya sendiri. Wanita iblis berhati kotor penuh racun!

Dengan beberapa loncatan saja, Bun An sudah berada di dalam kamar pria gendut, suami yang tidur mendengkur itu. Dia menyalakan lilin, lalu menotok leher dan pundak pria gendut pemilik rumah makan itu sehingga pria itu seketika menjadi gagu dan terkulai lemas. Bagaikan orang menyeret seekor babi, Bun An menyeret keluar dari dalam kamar, menuju ke kamar belakang dimana isteri pemilik restoran bersama pelayannya.

Sekali tendang daun pintu itu roboh dan Bun An menepuk pundak dan leher si gendut, memulihkan dia masih sempat melihat dua insan yang tak tahu malu di atas pembaringan, lalu Bun An berkelebat lenyap meninggalkan tempat itu.

Sambil tertawa bergelak loncat ke atas genteng, masih sempat mendengar suara ribut-ribut di bawah. Suara makian dan jerit tangis wanita. Namun dia tidak perduli lagi dan meninggalkan tempat itu secepat mungkin. Aneh, dia merasa lega dalam dadanya! Kenyataannya bahwa wanita yang manis dan menarik perhatiannya itu ternyata tiada bedanya dengan mendiang isterinya, membuat dia merasa lega karena kini tidak ada lagi iri hati menggoda hatinya!

Dia melihat kenyataan akan kelemahan wanita cantik. Isterinya lemah karena menginginkan kekayaan dan terjatuh ke dalam lembah kehinaan karena mengejar kekayaan. Isteri pemilik rumah makan itu lemah dan terjatuh ke dalam lembah kehinaan karena mengejar kenikmatan sex yang tidak bisa didapatkannya dari suaminya. Mendiang isterinya juga tidak akan mungkin mendapatkan kekayaan darinya, suaminya. Apakah kalau begitu, untuk membuat seorang isteri setia, maka dua hal itu harus dipenuhinya, yaitu kekayaan dan batiniah yang cukup?

Tang Bun An masih juga merasa bimbang dan didalam perantauannya, dia mulai mengadakan penyelidikan sendiri. Setiap kali dia bertemu dengan isteri orang yang cantik, maka dia lalu menggodanya! Dia menggunakan rayuan, atau uang, untuk menjatuhkan hati mereka dan dia mendapatkan kenyataan yang pahit, yang membuat dia semakin tidak percaya kepada wanita, bahwa sedikit sekali isteri orang yang menolak semua rayuannya dan setia kepada suaminya. Dari sepuluh wanita yang menjadi isteri orang, hanya dua atau tiga orang saja yang setia dan mereka yang setia ini bukan termasuk yang tercantik!

Semua pengalaman dengan wanita yang dicobanya inilah yang membuat suatu watak yang aneh dalam diri Tang Bun An! Dia mulai menanam benih-benih kebencian dan memupuknya benih yang mulai timbul karena ulah ibunya dan isterinya itu. Dia tidak mau menikah lagi karena tidak percaya kepada wanita, dan mulailah dia bertualang diantara wanita-wanita cantik. Dia juga berkeliaran diantara rumah-rumah pelesir yang paling terkenal di setiap kota, bahkan mendatangi kota raja dan mengenal semua wanita pelacur di kota raja.

Mudah saja baginya untuk mendapatkan uang. Dengan menggunakan kepandaiannya, dia dapat memasuki gudang harta setiap orang bangsawan atau hartawan dan mengambil yang dibutuhkannya. Semua hasil pencuriannya itu dihamburkan habis dalam rumah-rumah pelesir. Jadilah Tang Bun An seorang laki-laki yang penuh pengalaman dan dia mempelajari segala macam kepandaian merayu dari wanita-wanita pelacur itu.

Setelah benih kebencian itu tumbuh subur, bersama dengan benih mata keranjang yang membuat dia mudah tertarik dan timbul gairahnya setiap kali melihat seorang wanita cantik, mulailah Bun An menggoda wanita-wanita yang dianggapnya cantik dan menarik hatinya, yang membangkitkan gairahnya. Dia tidak perduli, apakah wanita itu masih perawan, ataukah isteri orang! Dia mengguanakan rayuan dengan modal wajah tampan dan mulut manis, menggunakan uang, atau dengan bantuan obat perangsang, dan kalau semua itu tidak berhasil membuat wanita yang ditaksirnya bertekuk lutut menyerahkan diri dengan suka rela, dia tidak segan-segan mempergunakan kekerasan! Hal ini mudah baginya karena memiliki ilmu kepandaian tinggi!

Tang Bun An menjadi seorang jai-hwa-cat, seorang penjahat pemetik bunga, seorang tukang pemerkosa wanita, atau seekor kumbang yang suka menghisap madu kembang! Dia lupa yang menyebabkan banyak wanita menjadi isteri orang jatuh olehnya, bukanlah semata karena kelemahan wanita itu sendiri, melainkan juga disebabkan terutama sekali oleh ketampanan dan kegagahannya, kepandaiannya merayu.

Tang Bun An suka keindahan, dan tidak segan-segan pula merusak keindahan yang dikaguminya itu, demi kesenangannya, demi kepuasan hatinya, dan demi pelaksanaan dendam sakit hati dan kebenciannya. Dia menganggap dirinya seperti seekor kumbang yang beterbangan diantara kembang-kembang.

Pada suatu hari, dia melihat betapa ganasnya seekor kumbang yang merah menghisap kembang sampai layu dan rontok, dan betapa kumbang merah ini ganas pula menerjang setiap saingannya, yaitu kumbang lain untuk memperebutkan setangkai bunga yang harum dan segar. Karena tertarik dan kagum sekali kepada kumbang ini, maka Tang Bun An lalu membuat perhiasan berbentuk kumbang merah dan selanjutnya dia meninggalkan sebuah perhiasan ini kepada setiap orang wanita yang menjadi korbannya!

Ada kalanya wanita itu dibunuh, yaitu mereka yang tidak mau menyerahkan diri secara suka rela, mereka yang melawannya, ataupun mereka yang mengecewakan hatinya karena tidak sehebat yang dibayangkannya semula! Entah sudah berapa ribu wanita yang menjadi korbannya selama puluhan tahun ini, dan berapa ratus yang telah dibunuhnya!

Dan semenjak dia meninggalkan sebuah kumbang merah pada setiap orang wanita yang menjadi korbannya, hidup atau mati, di dunia kang-ouw mengenalnya sebagai Si Kumbang Merah (Ang Hong Cu)! Namun, si Kumbang Merah ini tidak pernah memperlihatkan wajah aslinya! Dia memang pandai menyamar dan selalu muncul dalam penyamaran.

Karena itu, tidak ada seorangpun yang pernah melihat wajah aslinya dan hal ini menyukarkan para pendekar maupun para petugas keamanan untuk dapat menangkapnya!

Para korban, wanita cantik yang bagaikan kembang sudah dihisap habis-habisan oleh kumbang merah ini, hanya mengatakan bahwa si Kumbang Merah itu adalah seorang pria yang perkasa dan tampan, namun wajah yang digambarkan oleh semua wanita itu berbeda-beda! Karena itulah, maka biarpun namanya amat terkenal, namun sampai puluhan tahun Ang Hong Cu tidak pernah dapat ditangkap biarpun para pendekar mengerahkan tenaga mereka untuk mencarinya.

**** 010 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar