*

*

Ads

Senin, 14 Mei 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 118

Metihat ini, Hay Hay lalu menepuk pundak seorang lawan yang mengeroyok, lalu orang kedua. Dua orang itu membalik, kemudian mereka berdua saling hantam sendiri karena dalam pandangan mereka, masing-masing merupakan musuh yang harus dihantam, bukan kawan lagi! Hay Hay melakukan hal yang sama kepada dua orang pengeroyok lain dan tak lama kemudian, para pengeroyok Hui Lian itu telah saling hantam sendiri antara teman mereka!

Tentu saja Hui Lian sendiri menjadi bingung metihat ulah para pengeroyoknya itu, demikian pula orang-orang Miao yang kini dengan enaknya memukuli para penyerbu yang saling hantam itu. Melihat keadaan ini, Siangkoan Leng dan isterinya, Ma Kim Li, juga suami isteri Kwee Siong dan Tong Ci Ki, menjadi terkejut dan gentar. Mereka lalu berloncatan dan melarikan diri dari tempat itu.

Sisa anak buah atau teman-teman mereka, hanya setengahnya yang akhirnya lolos melarikan diri membawa luka-luka ketika mereka diserbu oleh suku Miao. Ada tujuh orang diantara mereka yang tewas dalam pertempuran itu, beberapa orang lagi luka-luka dan merangkak pergi, dibiarkan saja oleh orang-orang Miao yang sibuk merawat teman-teman sendiri yang terluka. Pesta yang gembira itu berubah menjadi suasana berkabung karena diantara suku Miao ada beberapa orang pula yang tewas.

Kepala suku menghaturkan terima kasih kepada Hui Lian dan Hay Hay karena jelas bahwa dua orang inilah yang telah mengusir para perampok tadi. Kesempatan ini dipergunakan oleh Hui Lian untuk memberi tahu kepada kepala suku.

"Saya akan melakukan pengejaran terhadap mereka dan meninggalkan perkampungan ini. Akan tetapi saya minta dengan sangat agar Nian Ci dikawinkan dengan Kiao Yi karena keduanya sudah saling mencinta. Maukah kalian memenuhi permintaanku itu?"

Kepala suku dan keluarganya menyatakan setuju dan Hui Lian lalu pergi meninggalkan tempat itu dengan cepat. Sekali berkelebat, tubuhnya telah lenyap dari situ, membuat orang-orang Miao melongo.

"Ha-ha, aku pun harus pergi!" kata Hay Hay dalam bahasanya sendiri, dan orang-orangpun hanya melihat pemuda itu berkelebat lenyap.

Muncul dan lenyapnya dua orang muda itu tak pernah dilupakan oleh orang-orang Miao di perkampungan itu. Mereka yang masih percaya akan tahyul percaya bahwa kedua orang itu tentulah penjelmaan para dewa yang sengaja hendak menolong mereka dari serbuan para perampok tadi.

Dan Kiao Yi juga tidak pernah membuka rahasia bahwa pemuda berpakaian putih itu adalah seorang wanita menurut pengakuan orang itu sendiri. Dia sendiri masih belum yakin benar, akan tetapi dia takut untuk membuka rahasia ini, biar kepada isterinya sendiri sekalipun. Hal itu disimpannya sendiri sebagai suatu rahasia keramat.

“Heiii, sobat, tunggu dulu!"

Hay Hay berteriak-teriak memanggil bayangan putih yang berlari cepat di depan itu. Tentu saja Hui Lian mendengar teriakan ini, akan tetapi ia mempercepat larinya karena ia ingin menguji sampai dimana kepandaian berlari cepat pemuda bercaping yang aneh itu.

Melihat betapa orang yang dikejarnya itu semakin ngebut, Hay Hay juga mengerahkan tenaganya dan diapun berlari dengan amat cepatnya. Sebetulnya kalau dilihat dari gemblengan yang mereka peroleh, dalam hal ginkang Hay Hay masih menang tingkat karena pemuda ini telah mewarisi ilmu-ilmu yang berdasarkan ginkang dari See-thian Lama atau Go-bi San-jin, yaitu terutama sekali Ilmu Yan-cu-coan-in (Walet Terbang Menembus Awan) yang membuat tubuhnya ringan dan dia dapat berlari secepat kijang.

Akan tetapi, di samping ilmu-ilmu silat tinggi yang telah dipelajari oleh Hui Lian dari Ciang Su Kiat, juga wanita ini telah mewarisi ilmu peninggalan dari dua orang diantara Delapan Dewa, dan terutama sekali yang membuat tubuhnya ringan adalah akibat makanan aneh berupa jamur-jamur yang dimakannya selama sepuluh tahun dalam guha terasing. Inilah sebabnya mengapa kekalahannya dalam hal ilmu meringankan tubuh dapat ditebusnya dan kini keadaan mereka berimbang. Jarak diantara mereka tidak menjadi lebih jauh atau lebih dekat. Melihat kenyataan ini, kembali keduanya terkejut dan kagum.

Karena Hui Lian hanya ingin menguji, dan iapun ingin berkenalan lebih dekat dengan pemuda bercaping yang menarik Itu, akhirnya ia berhenti di lereng sebuah bukit sehingga dalam beberapa detik saja Hay Hay sudah menyusulnya.

"Wah, sobat, larimu seperti kijang saja"'

Hay Hay memuji ketika mereka sudah berdiri berhadapan. Hui Lian tidak menjawab, melainkan menatap wajah pemuda di depannya itu dengan penuh perhatian. Seorang pemuda yang tampan, dengan wajah yang cerah gembira. Dadanya bidang, tubuhnya yang berukuran sedang itu tegap dan jelas membayangkan tenaga kuat yang dikandungnya. Matanya selalu bersinar-sinar dan mulutnya tersenyum-senyum penuh daya tarik, dan hidungnya yang mancung itu seperti orang yang selalu mengejek.






Pakaiannya sederhana, berwarna biru muda dengan garis-garis kuning di tepinya. Punggungnya membawa buntalan pakaian dan sebuah caping lebar kini tergantung di atas buntalan itu, seperti perisai melindungi tubuh belakangnya. Seorang pemuda yang masih muda sekali, hanya kurang lebih dua puluh tahun! Hui Lian yang usianya sudah sekitar tiga puluh tahun itu menganggap Hay Hay masih remaja!

Karena merasa dirinya diamati orang, Hay Hay pun mempergunakan kesempatan itu untuk balas mengamatinya. Seorang pemuda yang tubuhnya agak kecil dan ramping, pakaiannya serba putih, wajahnya tampan sekali, kulit mukanya begitu halus kemerahan, sepasang matanya yang jeli itu seperti sepasang bintang yang selalu memancarkan sinar, akan tetapi dari mata yang jeli itu, hidung kecil mungil yang agak berjungkit ke atas, mulut dengan bibir yang kemerahan dan indah bentuknya itu, dagu yang meruncing, membayangkan kekerasan hati!

Setelah beberapa lamanya mereka saling pandang dan saling mengamati, Hui Lian lalu bertanya,

"Ada keperluan apakah engkau mengejar aku?"

Hay Hay memperlebar senyumnya. Dia sudah beberapa kali berhadapan dengan pemuda ini, yang dia taksir usianya hanya beberapa tahun lebih tua darinya, dan sikap pemuda berpakaian putih ini selalu keras dan tidak bersahabat! Akan tetapi, dia sudah melihat sepak terjang orang ini, dan biarpun sikapnya keras dan galak, namun sesungguhnya orang ini memiliki watak yang gagah, seorang pendekar sejati.

Bukankah dia telah membela penggembala domba dan dengan gagah beraninya menghadapi pengeroyokan dua pasang suami isteri iblis itu? Kemudian, dia bahkan mewakili seorang pemuda Miao untuk memenangkan sayembara dan menjodohkan sepasang orang muda yang saling mencinta itu, dan betapa gagahnya ketika dia menyambut serbuan golongan jahat itu untuk membela orang-orang Miao!

"Aku ingin mengenalmu lebih dekat Toako (Kakak)." kata Hay Hay dan melihat betapa alis yang hitam itu mengerut, dia cepat melanjutkan, "bukankah sebenarnya kita telah lama saling berkenalan? Kita bekerja sama menolong penggembala, kita bahkan sudah sama-sama menjadi rekan peserta sayembara, dan sama-sama pula menghadapi gerombolan tadi. Nah, salahkah kalau aku ingin mengenalmu lebih dekat?"

Di dalam hati kecilnya, Hui Lian sebenarnya juga ingin sekali berkenalan dengan pemuda bercaping yang lihai ini, akan tetapi wataknya yang angkuh, apalagi sebagai seorang wanita, tentu saja ia merasa malu untuk menyatakan perasaan hatinya ini dan untuk menyembunyikan perasaannya, ia menjawab ketus.

"Aku tidak ada waktu untuk berkenalan dan banyak bicara, aku harus mengejar orang-orang tadi!"

Hay Hay melebarkan matanya.
"Ah, kebetulan sekali! Akupun mempunyai niat yang sama. Aku merasa curiga dengan munculnya orang-orang seperti mereka itu, tokoh-tokoh sesat yang kenamaan!"

"Kau mengenal mereka ?"

Hay Hay mengangguk, maklum bahwa hal itu menarik perhatian pemuda galak dan angkuh ini, maka diapun bersikap penuh rahasia dan hanya mengangguk. Benar saja, Hui Lian merasa penasaran, apalagi teringat betapa tadi hampir saja ia celaka oleh ilmu sihir kakek kurus itu.

"Siapa mereka?"

"Bukankah akan makan waktu lama untuk bercakap-cakap?" Hay Hay mengingatkan, lalu disambungnya cepat, teringat akan watak galak orang itu. "Bagaimana kalau kita melanjutkan pengejaran, dan nanti saja bercakap-cakap kalau kita sudah berhasil menyusul mereka?"

Hui Lian mengangguk dan tanpa bicara lagi keduanya lalu melanjutkan lari mereka mendaki bukit karena gerombolan tadipun melarikan diri naik ke bukit itu. Mereka lari dengan Hui Lian di depan, Hay Hay di belakangnya, dekat di belakangnya. Dan kembali Hay Hay mencium keharuman yang aneh itu. Dia masih mengira bahwa pemuda pakaian putih di depannya ini pesolek dan suka memakai wangi-wangian, sama sekali tidak pernah menduga bahwa bau harum itu tercium karena Hui Lian mulai berkeringat dan memang keringat Hui Lian mengeluarkan bau harum sebagai akibat dari makanan jamur selama sepuluh tahun!

Karena kedua orang itu mempergunakan ilmu berlari cepat yang tinggi tingkatnya, tubuh mereka berkelebatan cepat dan tak lama kemudian mereka telah berhasil menyusul gerombolan yang melarikan diri tadi. Setelah tiba di balik bukit, gerombolan itu tidak berlari lagi, tidak tahu bahwa mereka dikejar dan kini dibayangi oleh dua orang muda yang membuat mereka lari ketakutan itu.

"Apakah kita akan menyerang mereka?" tanya Hay Hay kepada Hui Lian ketika mereka berdua mengintai dari balik pohon-pohon, melihat gerombolan itu berhenti mengaso sambil mengobati teman-teman yang terluka di bawah pohon besar di kaki bukit sebelah sana.

"Tidak, aku ingin melihat apa yang akan dilakukan gerombolan itu? Mereka berkepandaian tinggi, rasanya tidak mungkin kalau mereka itu gerombolan perampok biasa saja yang hendak merampok perkampungan Miao yang miskin."

Hay Hay mengangguk-angguk.
"Dugaanmu benar, Toako. Akupun yakin mereka itu bukan perampok-perampok biasa, apalagi melihat dua pasang suami isteri iblis dan wanita cabul bersama gurunya itu."

Kini tiba waktunya untuk bercakap-cakap sambil membayangi gerombolan itu, pikir Hui Lian.

"Kau tadi mengatakan bahwa kau mengenal mereka? Siapakah mereka itu?"

Hay Hay memandang Hui Lian sambil tersenyum,
"Toako yang baik, sebelum engkau mengenal mereka, bukankah lebih baik kalau mengenal aku lebih dulu? Kita sudah bekerja sama akan tetapi belum saling mengenal." Dengan gaya lucu dan gembira Hay Hay bangkit dan memberi hormat dengan bersoja kepada Hui Lian. "Toakot namaku Hay dan kalau boleh aku mengetahui namamu….."

Hui Lian juga membalas penghormatannya dan menjawab,
"Namaku Hui Lian, Kok Hui Lian. Siapa nama lengkapmu, apa nama keturunanmu?"

"Namaku hanya Hay saja dan orang memanggil aku Hay Hay. Tentang nama keturunan... aku tidak punya. Namamu indah sekali. Kok-toako (Kakak Kok), membayangkan kelembutant cocok dengan keadaan dirimu yang amat tampan ini."

Hui Lian menatap wajah Hay Hay, diam-diam memperhatikan kalau-kalau pemuda ini sudah dapat menduga bahwa ia seorang wanita. Akan tetapi karena ia tidak melihat tanda-tanda itu iapun merasa lega dan tersenyum pula. Senyum yang pertama kali dan kembali Hay Hay memandang kagum. Tampan bukan main orang ini kalau tersenyum. Sayang jarang tersenyum, dan wajahnya lebih sering membayangkan kedinginan dan kekerasan hati.

"Berapa usiamu?" tanya Hui Lian.

"Dua puluh satu tahun. Engkau tentu lebih tua satu dua tahun daripada aku, Toako."

Hui Lian hanya mengangguk-angguk, diam-diam merasa girang bahwa ia nampak jauh lebih muda daripada usia sebenarnya. Usianya sudah tiga puluh tahun dan Hay Hay ini mengira bahwa ia baru berusia dua puluh dua atau dua puluh tiga tahun! Hati wanita mana yang tidak akan girang kalau dianggap lebih muda daripada usia sebenarnya?

"Sekarang ceritakan siapa mereka itu." katanya mengalihkan percakapan karena ia tidak ingin mereka bicara tentang dirinya.

"Lihat baik-baik, kakek tinggi besar itu bernama Siangkoan Leng, dan nenek yang masih nampak cantik di sebelahnya itu bernama Ma Kim Li. Keduanya merupakan suami isteri yang amat terkenal dengan julukan Lam-hai Siang-mo (Sepasang Iblis Laut Selatan). Dan suami isteri ke dua itu juga amat terkenal dan tidak kalah jahatnya. Kakek pakaian hitam tinggi kurus yang mukanya tampan dingin seperti memakai kedok itu adalah Si Tangan Maut Kwee Siong. Nenek berpakaian hitam yang cantik akan tetapi mukanya pucat seperti mayat itu adalah Si Jarum Sakti Tong Ci Ki. Mereka itu dikenal sebagai suami isteri Guha Iblis Pantai Selatan, sama jahatnya dengan Lam-hai Siang-mo dan di daerah selatan nama mereka berempat sudah terkenal sekali."

"Aku pernah mendengar nama mereka." kata Hui Lian. "Dan siapa wanita cantik yang mempergunakan siang-kiam (pedang pasangan) itu? Siapa pula kakek kurus pucat yang lihai itu?”

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar