*

*

Ads

Jumat, 06 April 2018

Pendekar Mata Keranjang Jilid 005

Sebagai seorang anak laki-laki yang lincah dan suka berkeliaran. Hay Hay mengenal tempat-tempat yang amat tersembunyi dan ketika ayah ibunya mencari-carinya, diapun bersembunyi dibawah jembatan kecil. Dia seringkali datang kesini untuk memancing ikan dan mencari belut. Tempatnya amat tersembunyi dan kalau tidak merangkak ke tepi sungai kecil itu, orang takkan dapat memasukinya, bahkan tidak nampak sama sekali dari luar karena tertutup oleh semak-semak.

Tidak mengherankan apabila orang-orang lihai seperti Siangkoan Leng dan Ma Kim Li tidak berhasil menemukan putera mereka itu. Siapa yang menyangka anak itu akan bersembunyi di bawah jembatan itu, yang pantasnya hanya ditempati katak dan belut-belut. Pula, Siangkoan Leng dan isterinya menduga bahwa anak mereka diculik orang, bukan melarikan diri.

Hay Hay tinggal di bawah jembatan sampai tiga hari. Hanya kalau perutnya merasa amat lapar saja dia keluar di waktu malam gelap dan mendatangi kawan-kawannya, minta makanan dan teman-teman itu pun, seperti biasanya anak-anak kecil yang suka akan petualangan, merahasiakan tempat sembunyinya dan setia kawan padanya.

Pada hari ke empat, ketika dia masih tidur nyenyak, seorang kawannya datang menjenguknya dan mengguncang-guncang tubuhnya, membangunkannya dengan berita, bahwa ayah ibunya telah meninggal dunia dan telah dilayat orang! Mendengar berita hebat itu, Hay Hay lupa akan segala kengerian dan dia pun berlari pulang.

Dapat dibayangkan betapa sedih dan bingungnya ketika dia melihat dua buah peti mati di ruangan depan. Apalagi ketika ada seorang tetangga yang mengenalnya ketika dia baru memasuki pekarangan. Tetangga itu merangkulnya dan mengeluh.

"Kasihan kau, Hay Hay. Masih begini kecil ditinggal mati ayah ibu secara mendadak….."

Hay Hay tanpa ragu-ragu lagi. Ayah ibunya telah mati dan telah dimasukkan peti mati! Dia lalu menghampiri, berlutut di depan kedua peti dan menangislah dia dengan hati sedih dan bingung. Diam-diam dia merasa menyesal sekali mengapa dia telah melarikan diri sehingga dia tidak tahu mengapa ayah ibunya mati dan apa yang menyebabkan kematian mereka.

Kemudian muncul dua orang yang membuatnya merasa serem itu dan dia pun dibuat tidak dapat bergerak maupun bersuara sehingga ketika dia dipondong dan dibawa pergi, dia tidak mampu melawan sama sekali. Sehari semalam dia dibawa pergi dan mereka hanya berhenti untuk makan minum.

Akan tetapi Hay Hay tidak pernah mau makan dan minum. Tiap kali dibebaskan dari totokan, dia segera bertanya apa yang telah terjadi dengan ayah ibunya kepada orang-orang itu. Akan tetapi mereka tidak pernah mau bicara dan memaksa kalau dia tidak mau makan. Dia hanya ditotok lagi dan dibawa pergi lagi. Bagaimanapun juga, suami isteri yang seperti mayat hidup atau iblis itu tidak pernah bertindak kasar terhadap dirinya. Sebaliknya malah, mereka mencoba membujuknya dengan kata-kata manis agar dia mau makan atau minum. Namun selalu ditolaknya.

Ketika pagi hari itu mereka berhenti di puncak bukit dan dia diturunkan lalu dibebaskan dari totokan, Hay Hay langsung bangkit berdiri dan memandang kepada suami isteri itu dengan mata terbelalak penuh penasaran, kemarahan dan keberanian.

"Sebetulnya, apakah yang telah kalian lakukan? Dimana ayah ibuku, dan apa yang telah terjadi dengan mereka?"

Dua orang itu saling pandang dan agaknya dalam bertukar pandang itu mereka juga bertukar pikiran karena Kwee Siong mengangguk dan membiarkan isterinya yang bicara dengan anak itu.

"Sin-tong….."

"Namaku bukan Sin-tong, namaku Siangkoan Hay dan biasa disebut Hay Hay!" kata Hay Hay dengan sikap angkuh karena hatinya penuh kemengkalan terhadap mereka.

Wanita itu tersenyum. Memang manis sekali wajahnya kalau tersenyum walaupun usianya sudah mendekati setengah abad, akan tetapi karena muka itu pucat seperti mayat dan hanya kedua matanya saja yang nampak hidup dan indah, maka kemanisan wajah itu mengandung keseraman.

"Anak baik, namamu sekarang ini adalah palsu. Engkau disebut Sin-tong (Anak Ajaib) dan belum diberi nama, karena itu kusebut Sin-tong padamu. Ketahuilah bahwa yang bernama Siangkoan Leng itu bukan ayahmu, dan Ma Kim Li itu bukan ibumu!"

Hal ini sudah didengarnya malam itu ketika dua orang ini berbantahan dengan ayah ibunya. Tentu saja dia tidak mau percaya begitu mudah. Dia seorang anak cerdik yang biasanya berwatak lincah jenaka, dan walaupun saat itu dia merasa berduka dan bingung, namun dia tidak kehilangan kecerdikan dan keberaniannya yang memang luar biasa.






"Bukan anak kandung mereka akan tetapi anak kalian, begitukah? Hemm, jangan harap aku dapat mempercayai keterangan itu. Kalau aku bukan anak mereka, bagaimana sejak bayi aku berada bersama mereka?"

"Karena engkau memang diculik oleh mereka sejak engkau berusia dua bulan, mereka datang membawa bayi mereka yang berpenyakitan, menukarkan bayi mereka dengan engkau, membunuh dua orang, tiga dengan bayi mereka sendiri dan melarikan engkau ke utara, ke Nan-king."

Hay Hay mengerutkan alisnya.
"Membunuh bayi mereka sendiri dan menukarnya bayi itu dengan aku? Tidak mungkin Ayah dan Ibu melakukan perbuatan seperti itu!"

"Anak baik, tentu engkau tidak mengenal benar siapa adanya orang-orang yang kau anggap sebagai ayah dan ibu kandungmu itu"

"Tentu saja aku mengenal mereka! Ayahku bernama Siangkoan Leng dan ibuku bernama Ma Kim Li. Mereka adalah ahli-ahli pengobatan dan berdagang obat-obatan, mereka orang-orang yang baik dan suka menolong orang, mengobati orang, kalau perlu mengobati orang-orang miskin tanpa bayar."

"Ha-ha-ha-ha!"

Si Tangan Maut Kwee Siong tertawa dan Hay Hay memandang kepada wajah orang itu dengan mata terbelalak dan hati merasa ngeri. Orang itu benar-benar memiliki muka seperti kedok. Ketika tertawa, hanya mulutnya saja ternganga dan mengeluarkan suara bergelak itu, akan tetapi bagian lain dari muka itu sama sekali tidak ikut tertawa.

"Sin-tong, ketahuilah bahwa ayah dan ibumu itu bukanlah orang tua kandungmu dan mereka adalah tokoh-tokoh yang terkenal dengan julukan Lam-hai Siang-mo (Sepasang Iblis Laut Selatan)! Setelah pada tujuh tahun yang lalu menukarkan anak kandung mereka yang berpenyakitan denganmu, membunuh dua orang yang mengasuhmu dan juga membunuh anak mereka sendiri untuk menghilangkan jejak mereka lalu membawamu lari ke Nan-king dan untuk menyembunyikan diri, mereka pura-pura berdagang obat. Akan tetapi kami akhirnya dapat menemukan mereka dan telah menghukum mereka. Mereka kini telah tewas, ha-ha-ha!"

Diam-diam anak itu terkejut dan masih ragu-ragu, sukar untuk dapat mempercaya keterangan dua orang yang seperti mayat hidup itu, akan tetapi juga mulai meragukan keaslian ayah ibunya.

"Kalau benar aku ini anak kalian, kenapa kalian membiarkan aku diculik orang?"

"Kami sedang pergi dan engkau hanya berada dengan seorang pengasuh yang ditemani seorang nikouw ketika mereka datang membawamu dan..."

Tiba-tiba saja Kwee Siong berhenti bicara dan telah meloncat berdiri diikuti isterinya. Juga Hay Hay terkejut bukan main ketika secara tiba-tiba saja datang angin besar yang membuat daun-daun kering yang berserakan di bawah pohon itu beterbangan!

Dan tiba-tiba saja, ketika daun-daun yang tadinya beterbangan dan menutupi pandangan mata itu turun kembali ke atas tanah bersama debu yang tadi mengepul tinggi, terdengar suara ketawa dan tahu-tahu disitu, hanya beberapa meter dari mereka, telah berdiri seorang kakek berkepala botak!

Kakek itu tubuhnya bundar seperti bola karet, kepalanya bundar, perutnya bundar bahkan kaki dan tangannya itu seperti bundar-bundar saking gemuknya. Matanya, hidungnya, mulutnya, telinganya, semua berbentuk bundar. Karena gemuk dan berkulit kuning, dia seperti seekor babi raksasa yang berdiri di atas kedua kaki belakangnya dan memakai pakaian!

Pakaiannya kedodoran, celana yang lebar dan jubah yang terbuka bagian depannya, sehingga nampak dada dan perut yang penuh daging, kulit yang kuning mulus tanpa rambut seperti tubuh seorang bayi. Sukar menaksir berapa usia kakek ini, dan melihat mukanya yang selalu menyeringai dan matanya yang lebar itu selalu bercahaya, mukanya selalu berseri, orang akan menduga bahwa kakek ini seorang yang peramah dan baik hati

"Heh-heh-heh-heh, ada orang-orang yang tidak tahu diri, berani sekali mengotori tempat ini."

Kakek itu memandang kepada Kwee Siong, Tong Ci Ki dan Hay Hay bergantian, lalu melanjutkan.

"Hayo kalian bersihkan tempat ini, sapu bersih daun-daun ini setelah itu cepat pergi tinggalkan tempat ini!"

Semua ini diucapkan dengan wajah masih berseri dan ramah sehingga amat berlawanan. Mukanya saja nampak tersenyum menyeringai dan ramah, akan tetapi isi kata-katanya memerintah dan bahkan mengandung nada mengancam.

Suami isteri penghuni Guha Iblis Pantai Selatan itu adalah dua orang tokoh hitam yang amat terkenal di daerah pantai selatan. Mereka adalah orang-orang yang sudah biasa mempergunakan kekerasan dan sudah biasa pula dihormati dan ditakuti orang.

Hal ini mendatangkan suatu watak sombong dan memandang rendah orang lain. Oleh karena itu, biar pun kemunculan kakek bulat itu tadi mengejutkan hati mereka, setelah melihat bahwa kakek itu nampaknya tidak mengesankan dan tidak menakutkan, apalagi mendengar ucapannya yang mereka anggap sebagai penghinaan, suami isteri itu menjadi marah sekali.

"Tua bangka bermulut tancang! Engkau sudah bosan hidup rupanya!"

Si Jarum Sakti Tong Ci Ki membentak marah dan sekali tangan kirinya bergerak, sinar hitam menyambar ke arah dada dan perut yang tidak terlindung itu.

Kakek gendut itu agaknya tidak tahu akan serangan itu, atau memang tidak sempat mengelak atau menangkis. Selain sambitan jarum itu amat cepat dan jarak mereka tidak terlalu jauh, juga kakek gendut itu tentu saja amat lamban gerakannya, mengingat tubuhnya yang gendut.

Jelas nampak betapa belasan batang jarum halus berwarna hitam itu menyambar dan mengenai leher, dada dan perut yang tak terlindung baju itu. Nampak jelas betapa jarum-jarum hitam itu menancap di kulit leher, dada dan perut, akan tetapi kakek botak gendut yang sedang tersenyum itu seperti tidak pernah merasakan dan senyumnya tidak pernah putus, bahkan berkedip pun tidak!

Tentu saja Tong Ci Ki terbelalak dan mulutnya ternganga, tidak percaya akan penglihatannya sendiri. Jarum-jarum hitamnya itu adalah senjata rahasia yang ampuh, mengandung racun yang dapat mencabut nyawa lawan yang terkena jarum itu seketika. Akan tetapi, kini jarum-jarumnya menancap di tubuh itu seperti menancap batang pohon saja!

Kwee Siong yang juga marah sekali, menyusul serangan isterinya itu dengan terjangan dahsyat. Dia juga terkejut melihat betapa jarum-jarum yang dilepas isterinya itu tepat mengenai tubuh lawan akan tetapi kakek gendut itu tidak roboh, maka diapun mempercepat serangannya dan tangannya yang kanan menyambar ke arah kepala kakek botak itu.

Kembali kakek itu tidak mengelak atau menangkis, hanya memandang dengan mulut tersenyum menyeringai saja, bahkan matanya berkedip-kedip lucu. Akan tetapi, ketika tangan yang menampar itu, tangan yang mengandung tenaga sinkang amat kuatnya, menyambar dekat, tinggal beberapa senti lagi dari kepala botak itu, tiba-tiba saja tangan itu menyeleweng seperti terpeleset oleh sesuatu yang licin dan sama sekali tidak mengenai kepala itu, hanya menyerong ke samping dan lewat beberapa senti jauhnya dari kepala itu.

Suami isteri penghuni Guha Iblis Pantai Selatan itu selain terkejut dan heran, juga merasa penasaran dan marah sekali. Orang-orang seperti mereka ini selalu memandang diri sendiri terlalu tinggi dan tidak menghargai orang lain, maka setiap kali mereka gagal, tentu hal ini dianggap sebagai sesuatu yang menimbulkan rasa penasaran dan kemarahan.

Mereka lalu tiba-tiba saja menjatuhkan diri bertiarap di atas tanah, bergulingan dari dua jurusan menuju ke arah kakek gendut dan setelah dekat, keduanya menggerakkan tubuh serentak menyerang dari bawah dengan pukulan yang luar biasa dahsyatnya.

Pukulan mereka itu datang dari kanan kiri dan menghantam ke arah tubuh gendut kakek itu yang masih saja tersenyum-senyum seperti seorang dewasa menghadapi kenakalan dua orang anak kecil. Suami isteri yang tadinya bergulingan dan bertiarap itu, ketika memukul tubuh mereka mendadak meloncat ke atas dan tenaga pukulan yang bertolak dari tanah itu amatlah kuatnya.

Pendekar Mata Keranjang







Tidak ada komentar:

Posting Komentar