*

*

Ads

Jumat, 29 Juni 2018

Ang Hong Cu Jilid 022

Para murid Cin-ling-pai menyambut dengan tepuk tangan dan sorak gembira ketika ketua mereka, Cia Hui Song, berdiri di atas panggung dan mengumumkan bahwa ketua baru yang akan menggantikan dia adalah puterinya sendiri, Cia Kui Hong yang keluar sebagai pemenang.

Cia Hui Song minta kepada para undangan untuk menjadi saksi bahwa kini Cin-ling-pai dipimpin oleh seorang ketua baru, yaitu nona Cia Kui Hong! Untuk diperkenalkan kepada para tamu, Kui Hong dipanggil ayahnya untuk tampil di atas panggung. Kui Hong menghampiri ayahnya di atas panggung dengan pakaian masih berlepotan tanda-tanda hitam, disambut tepuk tangan meriah. oleh para anggota Cin-ling-pai.

Pada saat itu, seorang murid yang diutus oleh Cia Kong Liang untuk memanggil Tang Cun Sek agar hadir dalam pengangkatan ketua baru itu, karena kakek ini masih mengharapkan agar pemuda itu dapat menjadi wakil ketua atau pembantu ketua agar dapat mendekatkan antara pemuda itu dengan cucunya, datang melapor dengan suara keras bahwa Tang Cun Sek tidak berada di dalam kamarnya, bahkan semua pakaiannya juga tidak ada!

"Dia…. dia berani minggat…..?” Kakek itu berseru marah, lalu menjatuhkan diri terduduk di atas kursi, wajahnya agak pucat, dan dia mengeluh, "…… ahh, apakah semua yang kulakukan selalu salah belaka?"

Kui Hong cepat berlutut di dekat kakeknya,
"Kong-kong, sesungguhnya kong-kong tidak bersalah. Kong-kong bermaksud baik sekali, baik untuk kemajuan Cin-ling-pai ataupun untuk mencarikan jodoh bagiku. Akan tetapi, kong-kong tertipu oleh topeng domba yang dipergunakan seekor srigala. Naluri kewanitaanku lebih peka, kong-kong, sehingga dalam pertemuan pertama itupun aku sudah merasa tidak suka kepadanya. Dia pandai membawa diri dan mengambil hati sehingga bukan kong-kong saja yang terpikat, bahkan ayah ibu dan para saudara Cin-ling-pai tidak ada yang menyangka bahwa dia seorang yang berhati palsu. Sudahlah, tidak perlu disesalkan lagi, kong-kong, yang penting kita masih untung dapat menyelamatkan Cin-ling-pai dari tangan orang luar yang tidak mempunyai iktikad baik!”

Wajah kakek itu nampak berduka sekali.
"Ah, akan tetapi pedang pusaka Hong-cu-kiam telah kuberikan kepadanya dan kini dibawa pergi…… "

"Biarlah, kelak aku yang akan mencarinya, merampas kembali Hong-cu-kiam dari tangannya dan membunuh dia karena telah berani menipumu, kong-kong. Harap kong-kong tidak berduka, karena bukan kita saja yang tertipu oleh muka manis dan sikap yang baik. Bahkan kakek dan nenek. di Pulau Teratai Merah yang demikian lihainya masih dapat kebobolan dan juga kemasukan orang jahat yang berhasil mewarisi ilmu-ilmu Pulau Teratai Merah bahkan juga telah minggat dan melarikan pusaka Gin-hwa-kiam dari sana."

Gadis itu lalu dengan singkat bercerita tentang sim Ki Liong, keturunan musuh besar yang berhasil menyelundup ke Pulau Teratai Merah dan diterima menjadi murid oleh Pendekar sadis dan isterinya! Memang ada hasilnya cerita itu bagi kakek Cia Kong Liang. Agaknya terhibur juga hatinya mendengar betapa suami isteri yang demikian sakti seperti Pendekar Sadis dan isterinya dapat pula dikelabuhi oleh muka manis.

Setelah pesta pemilihan ketua itu selesai dan para tamu pulang dengan membawa cerita menarik dan kesan mendalam tentang pemilihan yang ricuh itu, Cia Kui Hong menerima kedudukan sebagai ketua Cin-ling-pai dengan resmi. Kakeknya sendiri yang memimpinnya untuk bersumpah setia kepada Cin-ling-pai dan dalam kesempatan ini, Kui Hong dengan resmi pula mengangkat susioknya, Gouw Kian Sun, menjadi wakil ketua dan mewakilinya dalam semua urusan kalau ia sedang tidak berada di Cin-ling-pai.

"Sesungguhnya, jiwaku tidak banyak bedanya dengan ayah dan ibu," katanya kepada kedua orang tuanya itu, juga di depan kakeknya. "Aku suka merantau dan tidak betah untuk tinggal disini, dipusingkan urusan perkumpulan. Aku melihat bahwa susiok lebih tepat untuk menjadi ketua, bahkan susiok pula yang selama ini mengurus Cin-ling-pai ketika ayah tidak aktip. Akan tetapi karena dalam pemilihan itu terpaksa aku turun tangan untuk menyelamatkan Cin-ling-pai dan terpilih menjadi ketua, biarlah aku akan bertanggung jawab. Akan tetapi, untuk dapat mengurusnya dengan baik, dan demi kemajuan Cin-ling-pai, maka aku wakilkan kepada susiok Gouw Kian Sun!"






Tidak ada yang menentang pendapat dan keputusan ini. Nama Gouw Kian Sun memang merupakan nama yang cukup berwibawa dan disuka oleh para anggota Cin-ling-pai. Mereka yang tadinya mendukung Tang Cun sek adalah karena terpikat oleh janji muluk-muluk dari pemuda itu dan kini mereka yang tadinya mendukung, berbalik menjadi benci kepada pemuda itu yang ternyata selain curang dan licik, juga pengecut tidak berani mempertanggung jawabkan perbuatannya malah melarikan diri tanpa pamit!

Gouw Kian Sun tentu saja girang sekali karena dia memang seorang murid Cin-ling-pai yang amat mencintai perkumpulan itu. Seolah-olah seluruh kehidupannya tergantung kepada perkumpulan Cin-ling-pai dimana dia dibesarkan, dimana dia tinggal dan mengalami suka duka dalam hidupnya. Sampai berusia empat puluh tahun, Gouw Kian Sun juga masih hidup membujang belum menikah.

Kini, sebagai seorang calon ketua, tentu saja dia dapat mencurahkan seluruh kemampuannya untuk memajukan Cin-ling-pai dan di bawah pimpinannya, dapat diharapkan Cin-ling-pai akan mengalami perubahan dan kemajuan pesat.

Setelah Kui Hong menjadi ketua Cin-ling-pai, ia merundingkan dengan susioknya yang menjadi wakil ketua, minta nasihat dari ayah ibunya dan juga dari kakeknya, dan dimulainyalah mengadakan perubahan-perubahan kepada perkumpulan mereka itu. Pengalaman pahit dengan menyelundupnya Tang Cun Sek menjadi peringatan bagi mereka agar lebih berhati-hati.

Sebulan sesudah itu, Cia Hui Song, dan isterinya, Ceng Sui Cin, meninggalkan Cin-ling-san untuk melakukan perjalanan ke Pulau Teratai Merah di selatan. Pertama untuk mengunjungi ayah ibu Ceng Sui Cin, yaitu Pendekar Sadis Ceng Thian Sin dan isterinya, Toan Kim Hong, dan kedua untuk merayakan kembali kedamaian yang mereka dapatkan setelah Kui Hong pulang ke Cin-ling-san.

Tak lama kemudian, setelah melihat bahwa keadaan perkumpulan Cin-ling-pai mulai teratur dengan baik di bawah pimpinan Gouw Kian Sun sebagai wakil ketua, Kui Hong sendiri lalu berpamit dari kakeknya untuk pergi merantau. Kakek Cia Kong Liang tak dapat menahan cucunya, apalagi karena cucunya ingin memenuhi janjinya untuk mencari Tang Cun Sek, merampas kembali Hong-cu-kiam dan menghukum murid murtad itu.

Semenjak peristiwa yang terjadi di Cin-ling-pai itu, peristiwa susul-menyusul yang mendatangkan banyak guncangan batin baginya, kakek Cia Kong Liang tidak lagi menyembunyikan diri di dalam kamarnya. Kini dia keluar dan menyumbangkan tenaganya untuk menjadi penasihat dari muridnya, Gouw Kian Sun yang kini menjadi ketua.

Dan banyak perubahan terjadi pada dirinya yang sudah banyak mengalami kekecewaan itu. Dia menjadi penyabar sekali, pandangannya menjadi luas dan dalam, karena mulai menghilangkan rasa keakuannya yang dulu amat besar dan kuat itu.

Kekerasan watak kakek itu kini hampir lenyap, terganti kesabaran dan kewaspadaan yang mengagumkan. Kekerasan watak memang dibentuk oleh besarnya rasa keakuan. Pikiran menciptakan gambaran tentang diri sendiri, sedemikian besar dan agungnya sehingga diri sendiri selalu benar, selalu tepat, selalu baik dan semua ini membentuk kekerasan karena merasa benar sendiri.

**** 022 ****
Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar