*

*

Ads

Jumat, 29 Juni 2018

Ang Hong Cu Jilid 021

Melihat dan mendengar ini, Cun Sek merasa tidak enak sekali, merasa dipandang rendah oleh gadis itu. Diapun cukup maklum bahwa gadis ini sama sekali tidak boleh dipandang ringan, tidak boleh disamakan dengan Gouw Kian Sun tadi. Dia melihat ketika gadis itu berlatih silat dikeroyok oleh lima orang suhengnya, namun gadis itu masih tetap unggul.

Karena itu, biar dia merasa dipandang rendah, dia tidak berani mengurangi mouw-pitnya. Dia harus dapat menundukkan gadis ini, harus dapat mengalahkannya, karena dengan demikian, bukan saja dia akan dapat menjadi ketua Cin-ling-pai dimana dia memperoleh kekuasaan dan nama besar, akan tetapi juga besar harapannya untuk dapat mempersunting gadis yang diidamkannya itu. Akan tetapi, untuk menutupi perasaan tidak enak itu, diapun berkata dengan sikap sopan.

"Suci, harap suci suka mempergunakan dua buah mouw-pit, walaupun dengan sebuah mouw-pit saja, tentu saya tidak akan mampu mengalahkan suci (kakak seperguruan),"

Kui Hong tersenyum. Memang pemuda ini pandai membawa diri. Biarpun pemuda ini jauh lebih tua darinya, namun menyebutnya "suci" sebagai tanda bahwa pemuda itu mengakuinya sebagai kakak seperguruan karena memang tentu saja Kui Hong lebih dulu menjadi murid Cin-ling-pai. Hal ini saja sudah menunjukkan kerendahan hati.

Namun Kui Hong tidak hanya mendengarkan ucapan yang sopan itu, melainkan lebih memperhatikan sinar mata pemuda itu. Sinar mata itu mencorong dan sama sekali tidak menunjukkan kerendahan hati, melainkan mengandung penuh kecerdikan dan kelicikan. Dia hanya berpura-pura, pikirnya, hanya beraksi seperti pemain sandiwara yang ulung. Ia berhadapan dengan seorang yang lihai dan berbahaya sekali, maka ia haruslah berhati-hati, pikir Kui Hong.

"Sudahlah, saudara Tang Cun Sek, tidak perlu bersungkan-sungkan. Aku lebih senang menggunakan sebatang mouw-pit saja, engkau boleh menggunakan dua batang atau lebih kalau kau kehendaki!"

Wajah Cun Sek menjadi merah. Gadis ini, bagaimanapun juga terlalu sombong dan memandang rendah kepadanya. Untuk memenangkan hati gadis seperti ini, haruslah lebih dulu menundukkan kesombongannya dengan jalan mengalahkannya. Barulah ada harapan untuk menundukkan hatinya, pikir pemuda yang sudah banyak pengalamannya dalam mengenal watak wanita ini.

"Baiklah, suci, kalau engkau menghendaki demikian. Marilah, silakan suci mulai, saya sudah siap melayanimu, suci!"

Kui Hong tersenyum lagi. Tentu saja ia maklum akan akal ini yang mempersilakan agar ia menyerang lebih dulu dan hal ini berarti bahwa kedudukannya lebih lemah.

"Lihat seranganku!" bentaknya dan iapun mulai menyerang dengan kecepatan kilat, tangan kirinya yang tidak bersenjata itu menampar ke arah kepala pemuda itu dari samping, disusul tangan kanannya yang menotokkan mouw-pitnya ke arah dada.

Biarpun serangan dengan sebuah jurus Thai-kek Sin-kun yang sudah amat dikenal oleh Cun Sek, akan tetapi karena serangan itu dilakukan dengan kecepatan luar biasa dan mengandung tenaga sin-kang yang amat kuat, Cun Sek cepat mengelak sambil meloncat ke belakang, lalu maju lagi dari samping untuk membalas serangan gadis itu dengan totokan kedua mouw-pitnya dari kanan kiri.

Kui Hong harus mengakui kelincahan lawannya yang dapat demikian cepatnya melakukan serangan balasan. Namun iapun mengelak dan menyerang lagi.

Terjadilah serang menyerang yang amat seru, lebih seru dari pada pertandingan pertama tadi karena kini keduanya mengerahkan seluruh kecepatan gerakan mereka sehingga tubuh mereka lenyap bentuknya berubah menjadi bayangan hijau dan bayangan merah dan biru dari pakaian Kui Hong.

Mereka berdua saling desak, kadang-kadang mengubah ilmu silat mereka yang segera dikembari oleh lawan dan mau tidak mau Tang Cun Sek harus mengakui dalam hatinya bahwa gadis ini benar-benar amat berbahaya. Biarpun mouw-pitnya hanya sebuah saja, namun tangan kanan gadis itu menyambar-nyambar mengancam seluruh tubuhnya dengan totokan-totokan yang akan membuatnya lumpuh!

Dia harus mengakui bahwa dalam hal kecepatan, dia masih kalah oleh Kui Hong, juga dalam ilmu silat kalah matang karena tentu saja gadis itu lebih mahir memainkan ilmu silat nenek moyangnya. Hanya dalam hal tenaga sin-kang saja dia mampu mengimbangi kekuatan Kui Hong.

Karena memang kalah cepat, maka biarpun dia memegang dua batang mouw-pit dan gadis itu hanya memegang sebatang, dalam waktu singkat saja sudah ada lima goresan hitam pada bajunya, sedangkan dia hanya baru dapat menggores sebanyak dua kali, itupun di ujung baju Kui Hong. Kalau diteruskan seperti ini, tentu dia akan kalah! Padahal, dia harus dapat mengalahkan gadis ini. Harus! Kalau dia tidak dapat mengalahkannya, berarti akan sia-sia belaka usahanya selama empat tahun ini.






Mulailah Cun Sek mempergunakan akalnya yang tadi telah membuat dia berhasil menang dengan mudah dari Gouw Kian Sun, yaitu dengan jalan menggetarkan kedua ujung mouw-pitnya sehingga tinta dari bulu-bulu mouw-pit di kedua tangannya itu memercik dan mengenai pakaian Kui Hong!

Dalam satu kali serangan saja dengan kedua batang mouw-pit, biarpun kedua mouw-pit itu tidak dapat menyentuh baju Kui Hong, namun dari percikan tinta itu baju Kui Hong ternoda lebih dari lima tempat!

Memang inilah saat yang dinanti-nanti oleh Kui Hong. Ia sama sekali tidak menjadi marah ketika melihat pemuda itu sudah mulai menjalankan siasatnya yang licik. Iapun menggerakkan tangan kirinya ke dalam saku bajunya dan mengeluarkan sebotol tinta bak!

Dan kini, iapun menggetar-getarkan ujung mouw-pitnya yang hanya sebatang itu, setelah mencelupnya ke dalam botol tinta bak yang sudah ia buka tutupnya. Tentu saja bulu mouw-pit yang basah itu lebih mudah memercik, bahkan sampai jauh dan tanpa dapat dihindarkan lagi, banyak sekali noda-noda hitam menghias baju Cun Sek!

Pemuda ini terkejut sekali. Tak disangkanya bahwa gadis itu menyembunyikan sebotol tinta bak di saku bajunya. Kiranya gadis itu memang telah siap siaga dan pantas saja hanya mempergunakan sebatang mouw-pit, kiranya tangan kiri memang dipersiapkan untuk memegangi botol penuh tinta itu! Dia berusaha untuk menggetarkan kedua mouw-pitnya agar lebih banyak lagi pakaian Kui Hong terkena percikan tinta.

Akan tetapi bagaimanapun juga, perang percikan tinta ini dimenangkan oleh Kui Hong yang mouw-pitnya selalu basah, sedangkan sepasang mouw-pit di tangan Cun Sek mulai kering!

Pakaian Cun Sek sudah penuh noda hitam, dua atau tiga kali lipat lebih banyak dari pada noda pada pakaian Kui Hong. Pemuda itu menjadi gugup dan mendongkol bukan main.

Pada saat Cia Kong Liang menyerukan agar pertandingan dihentikan karena hio sudah terbakar habis, Kui Hong menyiramkan sisa tinta bak itu kepada lawannya. Cun Sek mencoba untuk mengelak, akan tetapi tetap saja sebagian mukanya, lehernya dan dadanya berlepotan tinta hitam!

Kini kemarahan Cun Sek membuat dia lupa diri, lupa akan topeng sopan santun yang selama empat tahun ini dikenakan pada mukanya. Dengan mata melotot dia memandang kepada Kui Hong dan menudingkan telunjuk kirinya ke arah muka gadis itu sambil membentak marah, suaranya lantang terdengar oleh semua orang.

"Engkau….. engkau…… gadis curang! Engkau telah bertindak licik dan curang! Engkau gadis kurang ajar!"

Kui Hong tersenyum mengejek dan begitu kedua tangannya bergerak, nampak sinar hitam berkelebat dan tahu-tahu di tangan kanan dan kiri telah nampak sepasang pedang Hok-mo Siang-kiam!

"Betulkah?" jawabnya mengejek. "Aku curang dan licik sedangkan engkau jujur dan bersih, ya? Apa yang kau lakukan ketika engkau melawan susiok Gouw Kian Sun tadi? Apa pula yang kau lakukan kepadaku tadi ketika engkau mulai kalah? Engkau yang curang dan licik sejak melawan susiok, aku hanya mengimbangimu saja! Sekarang, kau mau apa? Kalau tidak terima, boleh kita mencoba dengan senjata, siapa yang lebih unggul diantara kita!"

Berkata demikian, gadis itu lalu menggerakkan sepasang pedangnya, membuat kuda-kuda dan gerakan ilmu pedang Hok-mo Siang-kiam yang amat dahsyat.

Melihat ini, Cun Sek menjadi semakin marah.
"Kau berani menggunakan ilmu silat bukan dari Cin-ling-pai? Calon ketua macam apa kau ini?"

Kembali Kui Hong tersenyum mengejek, dalam hatinya girang karena pancingannya mengena.

"Ahai……! Manusia tak tahu diri! Engkau bilang aku menggunakan ilmu silat bukan dari Cin-ling-pai? Kau kira ilmu silat yang kau mainkan itu Cin-ling-pai murni? Hemm, bocah sombong! Aku adalah keturunan ketua Cin-ling-pai, aku mempelajari ilmu silat Cin-ling-pai sejak kecil! Aku jauh lebih mahir dalam ilmu silat Cin-ling-pai dari pada engkau yang baru empat tahun belajar disini. Aku memperlihatkan Hok-mo Siang-kiam untuk menunjukkan kepadamu bahwa bukan hanya engkau yang mahir ilmu-ilmu silat lain. Sekarang, engkau mengajak bertanding dengan apa, kulayani! Dengan ilmu silat Cin-ling-pai asli tanpa kau campur-campur seperti cap-jai? Atau dengan ilmu silat lain? Aku siap! Keluarkan senjatamu!"

Metihat keributan itu, para tamu dan para murid Cin-ting-pai memandang dengan hati tegang, tidak ada yang berani mengeluarkan suara atau mencampuri. Cia Hui Song dan isterinya saling pandang dan bersikap tenang, pura-pura tidak tahu saja. Suami isteri ini, walaupun tidak membenci Tang Cun Sek yang pandai membawa diri dan menyenangkan hati, namun mereka juga tidak tertarik atau suka sekali kepada pemuda yang mereka anggap penuh rahasia itu.

Merekapun melihat kecurangan yang dilakukan pemuda itu tadi terhadap Gouw Kian Sun, maka pembalasan yang dilakukan puteri mereka tidak membuat mereka menjadi marah. Akan tetapi, melihat betapa ayahnya marah, Cia Hui Song menjadi tidak enak hatinya dan diapun ikut berdiri ketika ayahnya bangkit berdiri.

"Kalian hentikan keributan itu!" bentak Cia Kong Liang kepada mereka.

"Kui Hong, mundurlah engkau!" Cia Hui Song juga melanjutkan seruan ayahnya.

Mendengar seruan kedua orang tua itu, Kui Hong menggerakkan pundaknya, lalu memandang kepada Tang Cun Sek dengan sikap mengejek dan berkata,

"Ah, sayang kong-kong dan ayah melarangku. Untung bagimu tidak sampai berkenalan dengan sepasang pedangku Penakluk Iblis ini!"

Iapun menyarungkan kembali sepasang pedangnya. Wajah Cun Sek nampak merah padam kalau saja sebagian tidak tertutup tinta hitam. Dia maklum bahwa dirinya telah menjadi bulan-bulan penghinaan dan dipermainkan oleh Kui Hong di depan banyak orang.

Kalau dia nekat berusaha membalas dan menyerang gadis itu, selain belum tentu dia menang, juga tentu semua orang membela gadis itu. Maka diapun membalikkan tubuhnya, menghadapi Cia Kong Liang dan memberi hormat lalu berkata pendek,

"Teecu hendak membersihkan noda hitam dan bertukar pakaian!"

Tanpa menanti jawaban, diapun melompat turun dari atas panggung dan berkelebat cepat menghilang, menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.

Kini, banyak diantara para murid Cin-ling-pai yang berbalik pilihan. Tadinya, mereka yang memilih Tang Cun Sek sebagai calon ketua adalah para murid yang tertarik dan suka kepada murid baru ltu yang menjanjikan akan mengajarkan ilmu-ilmu silat yang tinggi, lebih tinggi dari pada ilmu-ilmu Cin-ling-pai kalau dia menjadi ketua.

Para murid Cin-ling-pai adalah orang-orang yang berjiwa gagah. Mereka memang senang sekali mempelajari ilmu-ilmu silat yang tinggi, akan tetapi mereka paling membenci perbuatan yang licik dan curang. Kini, mereka semua mendengar betapa Cia Kui Hong membongkar rahasia kecurangan pemuda itu ketika tadi melawan Gouw Kian Sun, maka merekapun mulai tidak suka kepada pemuda itu dan pilihan mereka kini ditujukan kepada Cia Kui Hong.

"Hidup nona Cia Kui Hong!"

"Ia ketua baru yang paling tepat!"

Mereka bersorak-sorak dan kakek Cia Kong Liang tidak dapat membantah lagi bahwa memang dalam pertandingan tadi, Kui Hong memang telah mendapatkan kemenangan mutlak. Dia tidak mengira bahwa gadis itu mau mencalonkan diri menjadi ketua, dan tidak mengira gadis itu tidak tertarik kepada Cun Sek, bahkan menentangnya.

Diam-diam dia merasa heran. Cun Sek demikian baiknya, mengapa tidak mendapatkan dukungan? Dia hanya menarik napas panjang dan hanya mengangguk-angguk ketika para anggota juri menghadap padanya, termasuk puteranya sendiri, untuk menyatakan bahwa yang keluar sebagai pemenang dalam pemilihan ketua baru itu adalah Cia Kui Hong.

"Sudahlah, memang sudah ditentukan oleh Thian bahwa Cin-ling-pai harus mempunyai seorang ketua wanita, cucuku sendiri, Cia Kui Hong!"

Ang Hong Cu







Tidak ada komentar:

Posting Komentar